Kebijakan yang sebelumnya telah dihapus oleh Nadiem Makarim ini rencananya diberlakukan lagi mulai mulai Tahun Ajaran Baru 2025/2026. Koordinator Nasional Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G) Satriwan Salim menilai hal ini bukti sistem pendidikan Indonesia belum matang.
"P2G melihat ini adalah bentuk diskontinuitas dalam implementasi kebijakan pendidikan nasional. Jadi, memang ada kesannya kebijakan pendidikan di Indonesia maju mundur-maju mundur, persoalannya masih hal yang sama," kata Satriwan kepada wartawan, Senin, 14 April 2025.
Harusnya, kata dia, Kemendikdasmen terus mengacu pada Peta Jalan Pendidikan Indonesia 2025-2045 yang sudah didesain pada akhir periode Presiden Joko Widodo. Hal itu agar kebijakan berjalan keberlanjutan.
"Kebijakan-kebijakan terkait dengan pendidikan dan guru harusnya mengacu pada Peta Jalan Pendidikan Nasional yang berlaku 20 tahun termasuk RPJMN. Nah, ini penting juga Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional agar tidak liar, agar tidak reaksioner atau ke mana-mana. Nah sehingga harapannya ada kontinuitas gitu," ujar dia.
Meski begitu, Satriwan menilai wajar Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Muti ingin menghidupkan kembali penjurusan di SMA. Dia menilai penghapusan jurusan di SMA pada era Nadiem Makarim tak berjalan sesuai harapan.
Banyak kendala yang terjadi di sekolah. Idealnya, siswa dapat memilih mata pelajaran sesuai dengan minat dan bakatnya. Namun, hal itu tidak terjadi.
"Kenyataannya yang dari kami P2G evaluasi, sekolah-sekolah itu di SMA membuat menu-menu itu sebenernya substansinya adalah penjurusan gitu," ungkap dia.
Baca juga: Penghapusan Jurusan di SMA Tak Sesuai Harapan, P2G Mafhum Dihidupkan Lagi |
Sekolah membuat paket menu mata pelajaran. Sehingga, siswa sebenarnya tidak pernah memilih sesuai dengan keinginannya.
"Jadi ada paket menu yang sudah didesain sedemikian rupa oleh manajemen sekolah," tutur dia.
Dia mencontohkan misalnya paket science, isinya mata pelajaran MIPA. Lalu, paket sosial humaniora yang sebenarnya untuk jurusan IPS.
"Yang ketiga, misalnya ditambah bahasa, bahasa Inggris begitu. Kemudian yang keempat adalah campuran selain bahasa. Jadi, menu ini sebenarnya tak ubah dengan namanya penjurusan," ungkap dia.
Satriwan menilai sangat mungkin bila Mendikdasmen Abdul Mu'ti menghidupkan kembali pemilihan jurusan di SMA. Terpenting, pemerintah mesti melakukan sosialisasi komprehensif.
Sebelumnya, Mu'ti menilai penghapusan jurusan di SMA tidak relevan dengan keberlanjutan jenjang pendidikan. Pemilihan jurusan segera diformalkan dalam waktu dekat melalui peraturan menteri.
Aturan itu akan menggugurkan aturan sebelumnya, yakni Peraturan Menteri Pendidikan, Budaya, Riset, dan Teknologi (Permendikbudristek) Nomor 12 Tahun 2024 tentang Kurikulum pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, dan Jenjang Pendidikan Menengah.
"Ini bocoran, jurusan akan kita hidupkan lagi, nanti akan ada jurusan IPA, IPS, dan Bahasa," kata Mu'ti di Jakarta Jumat, 11 April 2025.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News