Pendiri Gerakan Sekolah Menyenangkan, Muhammad Nur Rizal mengatakan, sejumlah negara maju seperti, Amerika, Eropa, Jepang, Cina, Korea Selatan, Singapura dan sebentar lagi India melesat menjadi negara adidaya di bidang inovasi teknologi dan industri, karena keseriusan mereka di dalam membangun budaya sains melalui dunia pendidikan. Bahkan, beberapa negara itu seperti India mencantumkan kata “scientific tamper” atau “perangai ilmiah” secara tegas di konstitusi mereka.
India meyakini, sains dapat menjadi kerangka utama bagaimana evidence based policy dilahirkan yang mendasari terbangunnya budaya meritokrasi dan integritas di bangsa mereka. "Berkaca dari sejarah dunia tersebut, maka Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) memandang budaya saintifik dan perangai ilmiah ini harus ditanamkan secara serius dan mendasar di dunia pendidikan nasional," kata Rizal, dalam konferensi pers, MPLS Ruang Ketiga, Senin, 22 Juli 2024.
Budaya ini tidak bisa hanya sekadar dilakukan melalui perubahan kurikulum atau program pendidikan yang baru dengan Menteri Pendidikan yang juga baru. Tetapi, GSM memilih membangun budaya atau watak sains ini melalui jalan ketiga, yakni jalan akar rumput yang menyasar ke sekolah-sekolah pemerintah atau publik agar cepat menyebar dan membudaya di masyarakat.
Jalannya yakni dengan kembali mengadakan gerakan aksi MPLS (Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah) Menyenangkan yang bertujuan untuk melanjutkan perjalanan perubahan Pendidikan Indonesia melalui gerakan akar rumput. Tahun lalu (2023), gerakan aksi MPLS Menyenangkan yang mengangkat tema, “Membangun Budaya Meraki (Cinta, Jiwa, dan Kreativitas) di Tahun Ajaran Baru untuk Mengurangi Budaya Kekerasan” diikuti oleh 1.125 sekolah.
Ternyata, tema tersebut diangkat menjadi tema MPLS secara nasional oleh Kemendikbudristek di tahun 2024. Pada tahun ini, GSM kembali menyelenggarakan gerakan aksi MPLS Menyenangkan dengan tema baru yakni, “Membangun budaya dialogis dan interaksi melalui Ruang Ketiga”.
Ruang ketiga bertujuan untuk membangun budaya ilmiah serta kesadaran kritis dalam menghadapi berbagai persoalan dan berbagai krisis di masa depan, termasuk potensi hilangnya nilai-nilai kemanusiaan akibat revolusi AI. Gerakan MPLS Menyenangkan dengan tema Ruang Ketiga ini diikuti oleh lebih dari 3.100 sekolah dari Sumatera, Kalimantan, seluruh Jawa, Bali, NTB hingga Papua.
Tema kali ini berbeda dengan tahun lalu yang bertujuan untuk mengurangi kekerasan. GSM memandang persoalan kekerasan, perundungan, dan kesehatan mental sebagai bagian dari persoalan yang lebih besar, yakni hilangnya budaya dan perangai ilmiah pada masyarakat kita sehingga kita mudah terjebak dan terpolarisasi oleh berita-berita negatif, berita bohong, dan sentimen yang berlebihan.
Dampaknya munculnya friksi, ketegangan, bullying, kekerasan hingga lebih parah terganggunya kesehatan mental generasi kita. Dengan terpatrinya budaya perangai ilmiah di kepala tiap siswa, harapannya mereka mampu memiliki filter pribadi dan dapat terus skeptis terhadap informasi baru.
Baca juga: Panduan Lengkap Kegiatan MPLS 2024 Jenjang SD Resmi dari Kemendikbudristek |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News