Fitri mengatakan orang tua juga menjadi aktor penting dalam mengantisipasi perundungan anak. Peran tersebut dapat dilakukan sebelum atau ketika mengalami perundungan.
Dia menjelaskan orang tua perlu mendapat edukasi mengenai karakter anak yang potensial mengalami perundungan. Orang tua perlu melakukan langkah antisipasi untuk memperkuat karakter anak bila karakter tersebut kemungkinan dimiliki oleh anaknya.
“Jadi, kalau anak dirundung, anak harus bereaksi seperti apa. Biasanya anak-anak potensial dirundung lebih ke tidak punya keterampilan mempertankan diri. Jadi, kalau orang tuanya sudah bisa aware, bisa melakukan langkah antisipatif,” jelas dia.
Fitri menuturkan langkah antisipatif yang dilakukan bisa berupa mengajarkan anak untuk bisa mempertahankan diri. Kendati demikian, ia menekankan pengajaran ini bukan mendorong anak untuk menyakiti orang lain. Namun, melatih anak untuk mampu mempertahankan diri saat mengalami tekanan dari luar.
“Lebih untuk mempertahankan diri, bukan untuk menjadi agresif,” kata Fitri.
Fitri menilai pengajaran yang baik dan konsisten dari orang tua akan membuat kapasitas anak bisa ditingkatkan. Dia juga mendorong orang tua juga tidak tinggal diam saat menemukan anaknya telanjur menjadi korban perundungan.
Hal pertama yang harus dilakukan adalah menyadari apabila ada perubahan perilaku anak. Fitri menyebut beberapa anak cenderung sulit bercerita mengenai kondisinya kepada orang tua. Karena itu, ketika ada perubahan perilaku pada anak, orang tua harus menyadari dan langsung melakukan pendampingan.
“Mungkin saja anaknya tidak mau cerita, tetapi meyakinkan anak bahwa orang tua ada untuk dia itu penting. Mungkin tidak diminta untuk bercerita, tapi yakinkan anak bahwa orang tua siap mendampingi dan menguatkan,” jelas dia.
Hal ini yang kerap diabaikan orang tua ketika melihat anaknya mengalami perundungan. Sikap orang tua cenderung lebih fokus pada kasus perundungannya, bukan pada kondisi psikologis anaknya.
Fitri mengatakan depresi akut pada anak korban perundungan dapat berdampak serius. Pada level yang cukup tinggi, depresi akan menyebabkan reaksi fisik.
“Anak bisa jadi tidak berselera makan, tidak bisa tidur, gelisah, hingga dia merasa tidak punya kontrol atas dirinya karena depresinya,” tutur dia.
Baca juga: Dosen Psikologi Unair Ungkap Penyebab Perilaku dan Cara Menangani Bullying pada Remaja |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News