"Dunia pendidikan harus mengubah pola yang lama, agar pendidikan kita maju dan dapat bersaing dengan negara lain," kata Mahfud saat menyampaikan orasi ilmiah di Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia (Konaspi) ke-IX di Universitas Negeri Padang, Kamis, 14 Maret 2019.
Menurut dia kebijakan ini yang diambil minimal dilakukan pada siswa tingkat SMA dan perguruan tinggi. Mereka harus dididik agar dapat "membangkang", kritis dan mencari kebenaran ilmu pengetahuan yang mereka dapatkan. "Sementara untuk siswa Sekolah
dasar dan SMP adalah masa untuk masih dalam proses pemindahan ilmu pengetahuan," tambah Mahfud.
Menurut dia pendidikan kritis merupakan sebuah aliran pemikiran alternatif, setelah kejenuhan menghadapi dunia baru yang terlampau didominasi oleh pemikiran positivistik. Sehingga
melahirkan pola masyarakat yang materialistik dan kapitalistik.
Baca: Lulusan Perguruan Tinggi Tak Cukup Berbekal Ijazah
Secara sederhana, kata Mahfud, asumsi tentang globalisasi mampu mengubah tata kehidupan ekonomi, politik, sosial, budaya dengan sangat pasti di proses pendidikan abad 21 ini. Pendidikan baik teori maupun praktisnya perlu meninjau kembali posisinya di dalam krisis global dewasa ini.
Proses pendidikan merupakan proses pemanusiaan termasuknya di dalam membentuk dan mengarahkan perkembangan manusia. "Dalam menghadapi krisis global diperlukan
pendidikan kritis yang mampu mempersiapkan manusia didalam perkembangan
globalisasi," kata dia.
Dalam hal ini politikus yang bertanggung jawab untuk membuat aturan perundang-undangan harus membuat arah kebijakan pendidikan yang jelas agar meningkatkan mutu pendidikan
bangsa. "Ini merupakan bentuk antisipasi terkait era disrupsi yang penuh dengan kejutan-kejutan baru, dengan adanya daya kritis ini generasi kitaakan lebih siap menghadapi segala tantangan," tutup Mahfud.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News