“Bukti-bukti di lapangan sudah ada. Oleh karena itu, saya berharap dengan seminar ini, semakin banyak inspirasi-inspirasi dan gagasan yang dapat dituangkan dalam bentuk kebijakan ataupun agenda riset,” ujarnya dalam kegiatan yang menjadi rangkaian dari Musyawarah Nasional (Munas) VI Himpunan Alumni IPB University ini, dalam keterangan tertulisnya, Selasa, 21 Desember 2021.
Menurutnya, sawit merupakan komoditas unggulan Indonesia sehingga ekspornya pun terbesar di dunia. "IPB University terus hadir dengan inovasi-inovasi yang luar biasa. IPB University sudah punya katalis yang menjadikan bahan sawit sebagai energi seratus persen (B100). Selain itu, IPB University juga telah menghasilkan inovasi dari hasil turunan sawit menjadi biomaterial,” jelasnya.
Ia menambahkan, turunan sawit yang dihasilkan adalah rompi anti peluru, hand sanitizer organik hingga helm ramah lingkungan.
Di hulunya, teknologi sudah semakin berkembang. Bekerja sama dengan PT Pupuk Kaltim, melalui teknologi 4.0, kita kembangkan perkebunan sawit secara presisi.
"Teknologi pemupukannya lebih baik dan sudah diaplikasikan di berbagai tempat. Riset pun terus berlangsung, termasuk sistem logistiknya yang menggunakan sistem blockchain dan monitoring biodiversitynya,” jelasnya.
Baca juga: Pakar IPB Jelaskan Pengendalian 9 Jenis Tikus yang Jadi Hama di Indonesia
Sementara itu, Ketua Umum HA IPB University, Fathan Kamil menyampaikan bahwa acara ini adalah bagian dari kontribusi aktif para alumni dalam penguatan kebijakan sektor penting yaitu sawit.
“Kami ingin membangun daya saing yang kuat. Semoga webinar ini dapat memberikan kontribusi yang positif dalam memperkuat basis kebijakan negara ke depan. Bisa menghadirkan konsolidasi buat para pelaku dan stakeholders di bidang industri sawit ini,” ujarnya.
Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Musdhalifah Machmud, ikut menambahkan bahwa salah satu komoditas pertanian yang mampu bertahan dalam pandemi covid-19 adalah sawit.
“Industri sawit Indonesia mampu menyerap tenaga kerja 16,2 juta orang. Dari statistik perekonomian, komoditas sawit berkontribusi 3.5 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB), menurunkan inflasi 1,75 persen dan jumlah belanja negara 1,74 persen. Sawit juga membuat neraca perdagangan positif dan menjadi produk ekspor terbesar nonmigas,” ujarnya.
Oleh karenanya, lanjutnya, sektor kelapa sawit yang menjadi tulang punggung perekonomian nasional perlu dikawal. Tidak hanya oleh pemerintah akan tetapi oleh semua stakeholder, termasuk IPB University.
Menurutnya, kelapa sawit juga dapat mewujudkan kemandirian energi nasional melalui mandatori biodiesel. Bisa menghemat devisa dan mengurangi impor solar hingga 38 triliun rupiah.
Dalam lingkup global, Indonesia menguasai pangsa pasar sebesar 58 persen. Industri sawit dalam negeri juga mampu menghasilkan 160 ragam jenis produk hilir. Dan akan terus ditingkatkan dengan inovasi-inovasi yang memiliki nilai tambah tinggi
“Indonesia menghasilkan 40 persen dari total minyak nabati dunia. Hilirisasi sawit juga masih menjadi tantangan. Tantangan internasional adalah maraknya kampanye negatif terkait sawit serta kebijakan-kebijakan yang dilakukan oleh Uni Eropa.
Selain itu, Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Dadan Kusdiana ikut hadir dalam acara ini.
“Potensi limbah sawit mampu menghasilkan listrik sebesar 8.730 MW. Sawit juga bisa dikembangkan sebagai Compressed Biomethane Gas (CBG). Sawit untuk bahan bakar nabati (biofuel) potensinya mencapai 34 juta kilo liter. Sementara untuk biomass power plant, potensinya mencapai 13,273 dan biogas mencapai 1.785 MW,” jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News