"Stunting itu tidak hanya masalah gizi, tapi juga masalah air bersih, masalah akses bahan pangan, kualitas pangan, keluarga, pernikahan," ujar Nizam dalam konferensi pers daring, Senin, 7 Februari 2022.
Nizam menyebut pemecahan masalah yang kompleks itu memerlukan pendekatan multidimensional lintas disiplin. Pakar diharapkan turun tangan menyelesaikan masalah stunting di Indonesia.
Dia menyebut mahasiswa juga dapat terlibat mengentaskan masalah stunting. Dalam Tri Darma Perguruan Tinggi kata dia, mahasiswa harus turun menyelesaikan masalah masyarakat termasuk stunting.
"Saat ini kita punya Kampus Merdeka yang di dalamnya kampus tidak hanya ruang kelas. Tapi, di luar kelas, mahasiswa menjadikan semua yang dihadapannya adalah perpustakaan, laboratorium sehingga mahasiswa mengasah kompetensinya dan mempraktikkan ilmunya di masyarakat," jelas Nizam.
Pihaknya juga menggandeng Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) untuk mendorong peran mahasiswa di masyarakat. Tujuannya, meningkatkan partisipasi mahasiswa dan dosen dalam menuntaskan stunting di penjuru Indonesia.
Pelibatan mahasiswa dan dosen itu sebagai pelaksanaan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM). Sebab, mahasiswa dan dosen turut dalam pembangunan kependudukan di masyarakat.
"Di mana program ini melaksanakan pembangunan kependudukan, keluarga berencana, dan stunting itu sendiri, ini mencakup implementasi Tri Darma Perguruan Tinggi," tutur Plt Sekretaris Dirjen Pendidikan Tinggi (Dikti) Kemendikbudristek, Tjitjik Sri Tjahjandarie.
Pelibatan perguruan tinggi juga akan memperkaya pengetahuan dan riset di bidang stunting. Data yang didapat perguruan tinggi sangat membantu menekan angka stunting di Indonesia.
"Jadi, di dalamnya ada sharing, ada pertukaran data, dan informasi," tutur Tjitjik.
Baca: Kemendikbduristek dan BKKBN Bakal Andalkan Perguruan Tinggi Turunkan Stunting
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News