Berbeda dari kegiatan formal di ruang kelas biasa, Rumcit menghadirkan suasana belajar membumi dan menyenangkan. Anak-anak tidak hanya diajak membaca dan berhitung, tapi juga diajak berani bermimpi.
Kegiatan digelar di tengah lingkungan tempat mereka tumbuh. Hal ini agar pengalaman belajar terasa lebih dekat dan tidak mengintimidasi.
“Rumah Cita-Cita adalah wujud nyata komitmen kami untuk hadir di tengah masyarakat, bukan hanya memberi materi, tapi membangun kepercayaan diri anak-anak untuk melihat bahwa pendidikan itu mungkin, meski mereka berasal dari lingkungan yang sulit,” ujar Ketua Pelaksana Rumcit 2025, Dika Yunita, dalam keterangan tertulis, Selasa, 19 Agustus 2025.
Lebih dari 80 mahasiswa Vokasi UI terlibat sebagai panitia, didampingi oleh sejumlah dosen yang tak hanya mengajar, tapi juga turun langsung berinteraksi dengan warga dan anak-anak. Kehadiran mereka disambut hangat oleh masyarakat.
Manajer Riset dan Pengabdian Masyarakat, Debrina Vita Ferezagia, mengatakan Vokasi UI melalui kolaborasi antara mahasiswa, dosen dan tenaga kependidikan mendampingi masyarakat rentan melalui program Rumah Cita-Cita. Rumah Cita-Cita merupakan wadah berbagi inspirasi, kreativitas, dan semangat Menuju Stasiun Mimpi.
"Di sini, anak-anak bisa belajar, bermain, dan mengembangkan potensi. Program ini merupakan wujud nyata dari kolaborasi dan kepedulian terhadap masyarakat rentan, khususnya anak-anak," ujar Debrina.
| Baca juga: Kesetiaan Mama Yunne Ajar Baca Tulis: 12 Tahun Antar Jemput Anak-anak Pakai Perahu |
Selama enam hari sejak 23 Juli hingga 10 Agustus 2025,anak-anak diajak mengikuti berbagai sesi interaktif yang dikemas dengan cara kreatif. Ada eksperimen sains bertajuk “Rainbow Rain” yang membuat anak-anak belajar sambil bermain warna, ada peragaan nilai moral yang dilakukan dengan metode roleplay sederhana, hingga sesi pembelajaran yang dipandu langsung oleh dosen-dosen dari Vokasi UI.
Salah satu momen paling menyentuh adalah program Pohon Cita-Cita. Anak-anak diminta menuliskan mimpi mereka di selembar kertas dan menempelkannya pada dinding yang disulap menjadi pohon harapan. Dari mimpi jadi dokter, guru, hingga pemain bola, setiap tulisan kecil mereka menjadi pengingat tidak ada mimpi yang terlalu tinggi hanya kesempatan yang sering tak merata.
Rumcit juga membuka ruang untuk para orang tua dengan sosialisasi mengenai pentingnya dokumen administrasi seperti akta kelahiran dan Kartu Identitas Anak (KIA). Sebab, bukan tidak mau sekolah, tapi banyak anak di komunitas ini yang tak bisa mendaftar hanya karena tak memiliki dokumen dasar.
Dengan pendekatan personal, teman-teman Rumcit mendekatkan diri pada orang tua untuk membantu mereka memahami bahwa administrasi bukan sekadar urusan kertas, tapi pintu masuk bagi masa depan anak. Rumah Penyuluhan Kreatif (RPK) hadir sebagai ruang belajar bagi anak-anak di Kampung Pemulung, khususnya mereka yang terkendala bersekolah karena masalah administrasi dan identitas.
"Di sini, kami berupaya bukan hanya mengajarkan pengetahuan, tetapi juga menumbuhkan semangat dan rasa percaya diri agar mereka tahu bahwa masa depan yang lebih baik itu bisa mereka raih,” ujar Koordinator RPK, Wita Sumarti.
Dosen dan mahasiswa Vokasi UI berharap program ini tak berhenti sampai di sini. Justru, dari sini, bibit-bibit perubahan sosial bisa mulai tumbuh.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
