Mama Yunne saat menjemput anak-anak yang akan belajar di rumah bacanya. Medcom.id/Renatha Swasty
Mama Yunne saat menjemput anak-anak yang akan belajar di rumah bacanya. Medcom.id/Renatha Swasty

Kesetiaan Mama Yunne Ajar Baca Tulis: 12 Tahun Antar Jemput Anak-anak Pakai Perahu

Renatha Swasty • 26 Mei 2025 08:04
Sentani: Setiap Selasa, Mama Yunne dengan ketintingnya dari desa ke desa, menjemput puluhan anak-anak yang tinggal di pinggiran Danau Sentani, Kecamatan Sentani, Kabupaten Jayapura ke Rumah Baca. Selama 12 tahun terakhir, dia menjemput anak-anak untuk belajar baca tulis.
 
"2013 kita jalan terus sampai saat ini ada. Kita pakai perahu sendiri," beber Mama Yunne saat berbincang di Rumah Baca-nya Minggu, 25 Mei 2025.
 
Perjalanan perempuan 59 tahun itu dimulai ketika organisasi Wahana Visi Indonesia (WVI) mencari orang-orang yang dapat menjadi kader kelompok belajar anak (sekarang disebut Rumah Baca). Tugasnya, mengajarkan anak-anak baca tulis.

Mama Yunne dipilih sebagai kader dalam musyawarah masyarakat. Sejak saat itu, dia mendedikasikan dirinya untuk mengajarkan baca tulis pada anak-anak di distrik tempat tinggalnya.
 
"Karena Mama sudah dipilih waktu itu. Jadi Mama punya hati sudah menyatu dengan anak-anak," tutur dia.
 
Jauh sebelum mengajar, perempuan tamatan SMA itu menjadi pendamping bagi ibu-ibu PKK. Dia kerap mengikuti pelatihan untuk kemudian ditularkan pada ibu-ibu lainnya.
 
Hal itu pula yang membuatnya tak menolak ketika dipilih menjadi kader (sekarang disebut pendamping) di kelompok belajar anak. Awalnya, kegiatan rumah baca digelar di rumah-rumah adat.
 
Namun, sejak tahun 2020, kegiatan itu pindah ke rumah Mama Yunne. Kini, dia dibantu dua relawan untuk mengajar anak-anak.
 
Untuk menjadi pengajar, Mama Yunne dilatih lebih dulu. Pengajaran yang dia berikan selama ini juga berdasarkan modul yang sudah disiapkan oleh WVI.
 
Kesetiaan Mama Yunne Ajar Baca Tulis: 12 Tahun Antar Jemput Anak-anak Pakai Perahu
Mama Yunne. Medcom.id/Renatha Swasty

Antar jemput gratis

Mama Yunne tak pernah memungut sepeser pun pada anak-anak yang belajar baca tulis di Rumah Baca-nya. Termasuk, untuk antar jemput mereka dari dan pulang ke rumah usai belajar.
 
Anak-anak itu sengaja diantar jemput karena orang tua tak selalu bisa mengantar anaknya. Apalagi, satu-satunya akses dari desa ke desa cuma dengan perahu.
 
Mulai pukul 14.00 WIT, dia berkeliling desa untuk menjemput anak-anak yang berjumlah 30-40 orang untuk ikut belajar. Butuh waktu kurang lebih satu jam merampungkan penjemputan.  
 
Ibu dari lima anak itu mengeluarkan uang dari kocek pribadinya untuk keperluan operasional. Terutama untuk membeli bensin ketinting termasuk menyediakan alat tulis hingga minum atau kue bagi anak-anak.
 
Sehari-hari, dia bekerja dengan menangkap ikan mujaer atau laohan di Danau Sentani. Dia juga mempunyai tanah untuk menanam singkong, pisang dan jagung.
 
Namun, pendapatannya tak menentu. Sebulan dia bisa mendapat Rp500 ribu. Pendapatan bisa lebih atau kurang tergantung tangkapan dan hasil bumi yang dia jual.
 

Mama Yunne mengaku ada saat-saat dia bahkan tak mempunyai uang. Sehingga, tak bisa menjemput anak-anak untuk belajar baca tulis di tempatnya.
 
"Ada beberapa kali tidak punya uang. Anak-anak tidak bisa dijemput karena enggak ada uang buat beli bensin," kenang dia.
 
Meski begitu, dia selalu mengusahakan agar selalu mendapat uang tiap bulan. Itu agar anak-anak bisa belajar baca tulis rutin.
 
"Sudah tahun lalu, tahun 2024 dan 2025 ini, ada bantuan sedikit dari WVI itu untuk anak-anak
makanan gizi. Selain kasih ATK, bahan untuk anak-anak, dikasih untuk kami belajar di Rumah Baca," kata Mama Yunne sumringah.

Rumah baca resmi

Belasan tahun menjadi pengajar tak pernah sekalipun Mama Yunne berpikiran untuk berhenti. Apalagi, ketika melihat anak yang dulu dia ajar baca tulis kini bisa pergi kuliah.
 
Dia juga senang anak-anak yang dia ajar makin berani tampil memimpin doa atau menyanyi. Mama Yunne mafhum kalau masih ada 1-2 anak lambat membaca karena kurang rajin dari yang lain.
 
Meski begitu, masih ada mimpi yang sangat ingin dia wujudkan. "Kalau dari Mama boleh sampaikan ke pemerintah. Saya mau bangun rumah baca," kata dia.
 
Saat ini, Rumah Baca Mama Yunne belum terdaftar resmi. Dia sudah dua kali mengajukan surat untuk peresmian rumah bacanya, pertama ditolak, kedua belum mendapat jawaban.
 
"Anak-anak sudah semakin banyak jadi perlu tempat lebih luas. Tempat bermain juga," tutur dia.
 
Kesetiaan Mama Yunne Ajar Baca Tulis: 12 Tahun Antar Jemput Anak-anak Pakai Perahu
Mama Yunne saat mengajar baca kepada anak-anak di rumah bacanya. Medcom.id/Renatha Swasty
 
Mama Yunne tak tega kalau-kalau harus menolak anak yang ingin belajar baca tulis di tempatnya. Rumahnya yang terletak di atas Danau Sentani sudah tidak cukup lagi menampung anak-anak untuk belajar.
 
Bahkan, saking banyaknya anak, kelompok PAUD sampai harus belajar berbagi ruangan dengan dapur memasak. Dia cuma bisa pasrah sambil terus berdoa usahanya meresmikan rumah bacanya bisa diterima.
 
Yang jelas, Mama Yunne tak akan pernah pernah berhenti berjuang, apalagi sampai berhenti mengajarkan baca tulis pada anak-anak yang sudah dia lakukan belasan tahun ini.
 
"Mama punya hati sudah menyatu. Mama kalau kasih tinggal mereka juga Mama rasa sedih. (Mereka) seakan-akan Mama punya anak-anak," kata dia.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan