Wakil Dekan bidang Akademik dan Penelitian FT UNS, Eko Surojo,menyampaikan Fahma telah melakukan penelitian dengan judul “Pengembangan Persyaratan Interoperabilitas Berbasis Teknologi Pada Electric Motorcycle Swappable Battery Di Era Digital Supply Chain”. Dari penelitian tersebut telah dihasilkan satu artikel ilmiah pada journal top-tier (Q1) yang diterbitkan Elsevier.
"Sesuai dengan Peraturan Rektor No. 23 Tahun 2020, diperbarui dengan No. 22 Tahun 2024 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan Program Magister dan Program Doktor maka yang bersangkutan dibebaskan dari ujian terbuka,” beber Eko dikutip dari laman uns.ac.id, Kamis, 31 Oktober 2024.
Fahma juga menghasilkan tiga artikel yang dimuat pada konferensi internasional. Fahma yang juga dosen di FT UNS berhasil lulus dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 4,0 (A) dengan predikat Cum Laude, lama studi 2 tahun 9 bulan.
"Kami menyerahkan Yudisium kepada Doktor Baru yang dibebaskan dari Ujian Terbuka Promosi Doktor. Kami mengucapkan selamat kepada Dr. Ir. Fakhrina Fahma, S.T.P., M.T. beserta keluarga atas perolehan ini,” ucap Eko.
Fahma melakukan penelitian disertasi di bawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Wahyudi Sutopo, ST., M.Si. (Ketua Tim Promotor) dibantu Prof. Dr. Ir. Eko Pujiyanto, S.Si., M.T. (Ko-Promotor 1) dan Prof. Muhammad Nizam, S.T., M.T., Ph.D. (Ko-promotor 2). Sebelum dinyatakan lulus, Fahma telah melalui evaluasi 4 tahapan, yang melibatkan penguji Eksternal UNS, yakni Eko Setiawan, S.T., M.T., Ph.D. (Universitas Muhammadiyah Surakarta), dan penguji internal, yaitu Ir. Ferry Andrianto, S.Pd, M.Si, Ph.D. (Prodi Teknik Elektro FT UNS) dan Dr. Ir. Yuniaristanto, S.T, M.T. (Prodi Teknik Industri FT UNS).
Kepala Program Studi (Kaprodi) Doktor Teknik Industri, Eko Pujiyanto, menyebut Fahma merupakan lulusan ketiga dari Prodi Doktor Teknik Industri. Dalam penelitian disertasinya, Fahma telah berhasil mengembangkan desain persyaratan interoperabilitas berbasis teknologi pada tiga layer (komponen, komunikasi dan informasi).
Metodologi penelitian menggunakan integrasi Framework for Analysis, Comparison, and Testing of Standards (FACTS) dan pendekatan dynamic open innovation. Desain persyaratan interoperabilitas pada layer komponen merekomendasikan parameter yang perlu diatur yaitu dimensi maksimal pack baterai, jenis konektor, tegangan dan arus pada Swappable Battery (SB).
Sedangkan, pada layer komunikasi dan informasi, standardisasi protokol komunikasi dan model data dapat dilakukan melalui konsensus penggunaan protokol standar terbuka agar semua sistem dapat terhubung secara mulus mengacu pada standar ISO 61851, ISO 15118 dan IEC 61850. Selain itu juga telah dihasilkan model estimasi manfaat ekonomi penerapan persyaratan interoperabilitas.
Validasi model estimasi dampak ekonomi dilakukan dengan contoh numerik menggunakan data hipotetik menunjukkan bahwa implementasi standar interoperabilitas diproyeksikan memberikan dampak ekonomi yang positif bagi seluruh stakeholder.
Fahma menyampaikan penelitian ini memberikan wawasan dan pemahaman baru tentang pendekatan baru yang mengintegrasikan pengembangan standar dan penilaian estimasi dampak ekonomi penerapannya secara simultan. Hasil penelitian ini sangat bermanfaat bagi regulator (pemerintah) dalam menentukan prioritas regulasi standar karena estimasi dampak ekonominya bisa diketahui meskipun standar tersebut masih dalam tahap pengembangan.
Fahma juga telah berhasil mengembangkan desain Battery Swapping Station (BSS) untuk memvalidasi penerapan persyaratan interoperabilitas melalui eksperimen pengisian daya SB berbagai merek dengan mempertimbangkan pengaturan parameter yang minimal.
Hasil pengujian prototipe BSS menunjukkan interoperabilitas telah terlihat (visible) dengan mengatur parameter tegangan, arus, jenis konektor dan dimensi pack SB.
“Alhamdulillah, selama kurang dari tiga tahun, dapat menyelesaikan penelitian disertasi berupa inovasi solusi masalah nyata untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi adopsi teknologi pada early standardization,” ujar Fahma.
Saat ini, di Indonesia telah beredar sepeda motor listrik dengan berbagai merek antara lain VOLTA, VIAR, MAB, Gesits, Selis Emax, United, Rakata, Neo, Elvindo Rama, BF Goodrich CG, Ecgo, Alva one dan Honda PCX Electric, dan lain-lain.
Sayangnya, sepeda motor listrik yang beredar tersebut memiliki spesifikasi SB berbeda-beda. Sehingga, pengguna kendaraan hanya dapat menukarnya di Battery Swapping Station (BSS) yang sesuai dengan merek masing-masing.
Hal ini menyebabkan rantai pasok energi menjadi tidak efisien karena dibutuhkan investasi SB dan BSS sangat besar. Salah satu cara meminimalisasi biaya investasi adalah mendorong agar ekosistem SB dapat dipertukarkan dan dioperasikan antar merek atau dikenal dengan istilah interoperabilitas.
Persyaratan interoperabilitas perlu dikembangkan agar menjamin terjadinya kolaborasi antar merek pada proses pengisian daya. Dari studi literatur dan riset terdahulu, belum ada yang mengkaji interoperabilitas pengisian daya pada battery swapping technology.
Pengembangan persyaratan interoperabilitas merupakan salah satu upaya dalam rekayasa rantai pasokan sepeda motor listrik pada tahap awal melalui kegiatan standarisasi. Dengan adanya standar interoperabilitas diharapkan dapat meminimumkan biaya investasi dan terciptanya pasar yang lebih besar sehingga dapat mendorong teknologi sepeda motor listrik sukses di pasar.
Ketua Tim Promotor, Wahyudi Sutopo, mengaku bangga dengan capaikan Fahma. Dia berharap Fahma dapat mengispirasi dosen-dosen baru di FT UNS yang belum doktor untuk segera mengambil doktor.
"Kami dari pimpinan terus memberikan dorongan supaya jumlah doktor baru di FT UNS terus meningkat,” ujar Wahyudi yang juga Dekan FT UNS.
Baca juga: Fakta Unik THE WUR 2025! 2 PTS Ini Sejajar Ranking-nya dengan ITB, UGM, dan UNAIR |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News