Ilustrasi: Medcom.id
Ilustrasi: Medcom.id

Berat Beban PJJ Picu Bunuh Diri pada Anak

Siti Yona Hukmana • 16 November 2020 07:54

"Itu yang menjadi persoalan, jadi keterbatasan akses internet tadi, gawai sehingga pilihannya PJJ luring, di sisi lain Kemendikbud sudah menyediakan kurikulum darurat tapi sampai sekarang sudah hampir selesai 2020 semester 1 masih ada sekolah yang tidak memahami itu, padahal itu meringankan sekali," papar dia.  
 
Masalah lain mengenai e-modul yang dikhususkan untuk pendidikan anak usia dini (paud) dan SD. Satriwan mengatakan Kemendikbud menyediakan e-modul untuk membantu guru, siswa, dan orang tua dalam PJJ, khususnya di daerah tertinggal, terdepan dan terluar di Indonesia (3T).
 
"Tapi persoalannya daerah 3T tidak memiliki informasi yang cukup tentang e-modul. Ini laporan dari Sumatra Utara, Nusa Tenggara Timur (NTT), Mimika, Pandeglang," kata Satriwan. 

Satriwan menuturkan e-modul itu berupa link yang dapat diakses sekolah. Panduan materi itu dapat diunduh sekolah lalu dicetak untuk dibagikan ke orang tua, siswa, dan guru. Namun, kata dia, tidak semua sekolah dapat mengakses link tersebut karena kendala akses internet.
 
"Saya juga tidak bisa menyalahkan 100 persen sekolah ya, karena ada komunikasi yang tersendat saya rasa antara dinas pendidikan dengan Kemendikbud, lalu dinas pendidikan dengan pengawas sekolah atau kepala sekolah ke bawahnya," tutur dia.  
 
Menurut Satriwan, semestinya dinas pendidikan inisiatif mencetak panduan materi itu lalu menyebarkannya ke para pengawas. Kemudian, pengawas dapat menyerahkan kepada masing-masing kepala sekolah untuk difotokopi. 
 
"Jadi, rasanya inisiatif-inisiatif itu tidak ditindaklanjuti karena kendala-kendala teknis di lapangan. Padahal e-modul itu sebagai suplemen tambahan meringankan beban guru, orang tua dan siswa," ucap dia. 
 
Di sisi lain, dia mengatakan e-modul itu juga memusingkan orang tua dan siswa. Pasalnya, dalam satu modul terdapat 230 halaman. Sekurang-kurangnya anak SD memiliki delapan hingga 10 mata pelajaran. 
 
"Nah ini kan cukup memberatkan juga. Jadi, wajar juga mereka bilang, 'Waduh ini kok banyak banget halamannya'. Tujuannya membantu tapi ini akan memperumit, apalagi di daerah-daerah tidak bisa internet untuk mem-print langsung," tutup Satriwan.  
 
PJJ telah menelan nyawa siswa kelas I SD berinisial KS, 8, di Lebak, Banten. KS tewas dianiaya orang tua akibat stres mendampingi anak belajar di rumah. 
 
Kasus kedua terjadi terhadap siswa SMA, berinisial MI, 16, di Gowa, Sulawesi Selatan. Ketiga, kasus bunuh diri siswa madrasah sanawiah (MTS) kelas IX berusia 15 tahun di Tarakan, Kalimantan Utara. 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(OGI)
  • Halaman :
  • 1
  • 2
Read All




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan