Webinar ECPAT Indonesia dan Aliansi Down to Zero. Zoom
Webinar ECPAT Indonesia dan Aliansi Down to Zero. Zoom

Pandemi, Anak Lebih Rentan Jadi Korban Ekspolitasi Seksual Melalui Internet

Arga sumantri • 10 November 2020 14:03
Jakarta: Lembaga ECPAT Indonesia melakukan survei tentang kerentanan anak dari eksploitasi seksual online di masa pandemi virus korona (covid-19). Hasil survei menunjukkan banyak anak mengalami pengalaman buruk selama berinternet di masa pandemi.
 
"Dari survei tersebut, ditemukan bahwa terdapat 287 responden yang mengalami pengalaman buruk selama berinternet di masa pandemi," kata Research Coordinator ECPAT Indonesia Deden Ramadani dalam webinar yang digelar ECPAT Indonesia bersama Aliansi Down to Zero, Selasa, 10 November 2020.
 
Bentuk-bentuk pengalaman buruk tersebut antara lain dikirimi tulisan atau pesan teks yang tidak sopan dan senonoh. Kemudian, mendapat gambar atau video yang membuat tidak nyaman, serta dikirimi gambar atau video yang menampilkan pornografi.

Survei ECPAT Indonesia ini melibatkan 1.203 responden anak dari 13 provinsi di Indonesia.
 
Menindaklanjuti temuan tersebut, Aliansi Down to Zero melakukan inisiatif survei lanjutan untuk melihat kerentanan anak dari eksploitasi seksual selama pandemi di wilayah kerjanya, yaitu Batam, Jakarta, Surabaya, dan Lombok. Survei menerapkan kebijakan perlindungan anak untuk memastikan bahwa anak-anak dan orang tua betul-betul bersedia terlibat di survei ini. 
 
Down to Zero merupakan sebuah gerakan global dalam menghapus eksploitasi seksual anak dengan melakukan intervensi holistik kepada beragam aktor, yaitu anak dan anak muda, komunitas/keluarga, pemerintah, aparat penegak hukum dan pihak swasta. Penelitian yang dilakukan pada 12-24 Juli 2020 ini melibatkan 195 responden anak.
 
Baca: Cara Atasi Kecanduan Gawai pada Anak
 
Hasil penelitian tersebut menunjukkan, selama pandemi covid-19, anak mengalami beragam kerentanan ketika melakukan aktivitas secara online. Ditemukan bahwa tiga dari 10 anak mengalami kekerasan seperti mendapat kiriman video dan gambar tak senonoh dan berbau pornografi, baik secara langsung maupun berupa tautan.
 
 

Kerentanan tersebut paling banyak dialami oleh responden anak perempuan yang berada di wilayah kerja DKI Jakarta dan Lombok. Sedangkan Surabaya, mengalami kerentanan yang paling rendah, sebab 67 persen responden mengatakan mendapatkan pengawasan saat menggunakan internet serta penggunaan waktu internet yang cenderung rendah, 61 persen menggunakan internet selama 1-2 jam. 
 
Meskipun keseluruhan responden di Lombok merupakan penerima manfaat langsung program Down to Zero, anak-anak masih mengalami risiko kerentanan dari kekerasan seksual anak online. Di samping itu, terlepas responden anak perempuan yang mengalami kerentanan yang lebih tinggi, 48 persen responden anak perempuan cenderung memilih untuk bercerita ketika mengalami kekerasan selama beraktivitas online. 
 
Teman sebaya menjadi tempat cerita yang lebih sering bagi responden anak perempuan. Sedangkan, responden anak laki-laki lebih banyak memilih bercerita kepada orang tua. 
 
Atas temuan ini, Aliansi Down to Zero merekomendasikan sejumlah hal. Pertama, perlunya penguatan kapasitas kelompok masyarakat/aktivis perlindungan anak berbasis masyarakat, termasuk kelompok anak dan anak muda tentang literasi digital dan permasalahan kekerasan dan eksploitasi seksual anak di ranah daring.
 
Kemudian, perlunya melengkapi pedoman penyelenggaraan belajar dari rumah dalam masa darurat penyebaran covid-19 dengan materi terkait pencegahan kekerasan dan eksploitasi seksual anak di ranah daring. Lalu, pentingnya pelatihan masif kepada masyarakat, kaum muda, dan anak tentang etika/panduan bermedia sosial.
 
Tingginya intensitas anak menggunakan internet selama masa pandemi membuat kelompok mereka menjadi lebih rentan terhadap bahaya yang terjadi di ranah daring, salah satunya eksploitasi seksual. Berdasarkan laporan kasus Eksploitasi Seksual Anak (ESA) online yang diterima oleh National Center for Missing and Exploited Children (NCMEC), ESA online mengalami peningkatan selama pandemi covid-19. Pada April 2020, terjadi peningkatan sebanyak dua juta laporan dalam satu bulan dibanding data bulan Maret 2020.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AGA)
  • Halaman :
  • 1
  • 2
Read All




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan