"Usia 19 sampai 30 ini kan baru lulus SMA atau kuliah, kita tahu sekolah dan kampus semua belajar online, tapi kenapa mereka kena paling banyak, ternyata karena mereka cenderung berkumpul dan mengabaikan menjaga jarak," kata Sonny dalam Bincang Sore Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Jumat, 11 September 2020.
Selain itu, anak muda juga kerap tidak mematuhi aturan 3M lainnya, yakni memakai masker dan mencuci tangan. Kemudian mereka cenderung merasa fisiknya kuat, padahal telah menjadi Orang Tanpa Gejala (OTG) di tengah masyarakat.
"Dari tiga hal itu, yang paling sulit dilakukan adalah menjaga jarak. Menjaga jarak tapi ketika ketemu teman baik langsung cipika-cipiki atau merasa temannya tidak mungkin menulari covid-19," tambah dia.
Dengan begitu, penularan pun semakin masif karena mereka yang muda adalah carrier virus tanpa gejala. Di mana penyebaran itu terjadi sangat cepat di lokasi pemukiman.
"Akibat berkumpul terus, bawa virus dan terjadi penyebaran virus di dalam rumah, ini cukup mengkhawatirkan dan kita harus mendorong perubahan perilaku, terutama pada kelompok berisiko tinggi (menyebarkan virus)," tegas dia.
Baca juga: Dunia Pendidikan Amat Diharapkan Jadi Agen Perubahan Penanganan Covid-19
Sonny semakin heran, saat masyarakat dengan usia tua atau di atas 40 tahun justru bukan penderita covid-19 terbanyak. Artinya mereka yang berusia tua cendrung bisa patuh dan menerapkan 3M.
"Ternyata semakin tinggi usia, dia semakin patuh, semakin muda malah semakin tidak patuh. Usia muda tadi kan usia sekolah juga, makanya peran kita ke sektor pendidkan ini penting untuk terus menyuluhkan pentingnya 3M ini, edukasi ini sangat penting," pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News