"Saya termasuk yang paling waswas melihat konstelasi dunia pendidikan kita. Karena seakan-akan beberapa pembelajaran kalau tidak dipakai, enggak diajarkan," kata Nuh dalam webinar leader talk Sevima, dikutip Rabu, 25 Agustus 2021.
Menurutnya, hal itu tidak bisa diterapkan dalam dunia pendidikan. Filosofi dunia pendidikan, kata dia, tak sama dengan gerakan pelatihan.
"Kalau latihan memang yang akan digunakan itu yang dilatih. Tapi kalau pendidikan berbeda. Pendidikan itu landasan pacu," ujarnya.
Ibarat landasan pacu pesawat terbang, kata dia, sudah ada pertimbangan tersendiri ketika membangun jalur landasan tersebut. Landasan tersebut tetap dibangun walaupun melebihi panjang dan lebar pesawat.
"Meskipun ujung paling pojok landasan enggak dipakai, itu tetap dibangun, karena ada berbagai faktor. Siapa tahu pesawat yang landing tiba-tiba lebih besar. Jadi tidak boleh terlalu ceroboh memilah yang tidak perlu," sambungnya.
Baca: 3 Fokus Penggunaan Anggaran Pendidikan di 2022
Dia pun mengatakan dalam dunia pendidikan tidak bisa menggunakan paradigma kata 'atau'. Sejauh ini, dia melihat banyak kebijakan pendidikan yang tidak menggunakan paradigma kata 'dan'.
"Perlu kita menganut paradigma 'dan'. Jadi bukan lagi yang penting guru 'atau' sekolah. Tapi keduanya, yang penting guru 'dan' sekolah," lanjut dia.
Ia pun mengingatkan pemangku kepentingan berhati-hati dalam merancang kebijakan dunia pendidikan. Nuh meminta agar kebijakan pendidikan dirancang secara runut.
"Merancang itu yang dari bawah terus secara utuh. Karena pendidikan ini sifatnya tidak bisa diulang, jadi harus hati-hati, jangan sampai kita terjebak. Jadi kalau tidak punya pengalaman tanyakan kepada para ekspert, bukan jadi ajang coba-coba," tutur dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News