Indra Kenz. Instagram
Indra Kenz. Instagram

Ingin Kaya Seperti Influencer? Hati-hati, Medsos Hanya Pesona Palsu

Renatha Swasty • 24 Maret 2022 09:37
Jakarta: Pamer harta berlakangan populer di media sosial. Bahkan, banyak masyarakat menyukai dan memuja sosok crazy rich, apalagi ditambah dermawan.
 
Dosen Departemen Ilmu Komunikasi (Ilkom) Universitas Airlangga (Unair) Nisa Kurnia Illahiati mengingatkan masyarakat berhati-hati. Sebab, bisa jadi korban jebakan.
 
“Padahal, media sosial itu hanya persona palsu yang mudah sekali diciptakan,” kata Nisa dikutip dari laman unair.ac.id, Kamis, 24 Maret 2022.

Nisa menuturkan masyarakat Indonesia punya tendensi besar untuk percaya pada hal-hal yang dikatakan orang lain tanpa mengecek sendiri. Hal itu membuat banyak orang luluh pada tampilan berkilau penipu investasi bodong.
 
Apalagi, bila sudah terlanjur jadi followers atau subscribers dan mengidolakan influencers tersebut. “Sebenarnya yang dibeli itu kadang bukan barangnya, tetapi kedekatan emosionalnya,” kata Nisa.
 
Hal ini terjadi pada kasus Indra Kenz dan Doni Salmanan. Nisa menuturkan masyarakat diperdaya dengan visual dan kedermawanan keduanya.
 
Hingga akhirnya menjadi korban penipuan. Keduanya kini telah ditetakan sebagai tersangka kasus penipuan berkedok trading binary option.
 
“Fenomena penipuan ini sudah ada sejak manusia mengerti cara memenuhi kebutuhan hidup secepat mungkin,” kata Nisa.
 
Nisa menyebut seiring perkembangan teknologi informasi dan dunia maya, korban penipuan dapat digaet dengan mudah. Media sosial mengizinkan pengguna menjadi siapa pun. Termasuk, menjadi seseorang tampak kaya raya.
 
“Pada saat kita berinteraksi di dunia maya, kita secara tidak sadar mencari kesamaan, mengidentifikasi. Misalnya kita lihat mana orang-orang yang kita anggap berhasil. Jika ingin menjadi seperti itu, maka aku harus meniru apa yang orang itu lakukan,” kata Nisa.
 
Nisa yang secara spesifik menggeluti studi media dan budaya itu menuturkan penipuan semacam itu dilakukan dengan eksposur kontinyu terhadap tema konten senada. Dalam diskursus ilmu komunikasi, hal ini dirujuk sebagai simbol.
 
Simbol hadir dalam konten pelaku yang tersebar di media sosial. Sekaligus, mengisyaratkan semua orang bisa cepat kaya dan sukses dalam waktu singkat.
 
“Kalau kita dengar berkali-kali dan kita terima simbol yang sama secara terus-menerus, maka sesuatu tersebut akan menjadi kebenaran,” ujar pengajar pada mata kuliah Cyberculture: Internet, Media, and Culture, Departemen Ilkom Unair itu.
 
Nisa mencontohkan kanal YouTube Indra Kenz penuh dengan tips menghasilkan pemasukan besar dalam waktu singkat dalam trading. Begitu pula akun TikTok-nya penuh konten memamerkan barang-barang dengan harga selangit, serupa dengan konten pada kanal YouTube Doni Salmanan.
 
Nisa menyebut terdapat tuntutan sosial agar seseorang harus mandiri dan melek finansial sedini mungkin. Keinginan menjadi independen secara finansial, meski demikian, tidak bisa ditelan mentah-mentah.
 
Adanya keinginan untuk cepat kaya, kata Nisa, malah mampu mendorong orang-orang terjerumus. Salah satunya investasi akal-akalan Indra dan Doni ini.
 
“Kalau ada sesuatu yang too good to be true (terlalu sempurna untuk jadi nyata), biasanya begitu. Pasti ada sesuatu di balik itu semua,” kata Nisa.
 
Baca: Tips Mengecek Investasi Bodong dengan 2L, Begini Caranya!
 
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan