Barista atau calon barista harus mengikuti sertifikasi kompetensi untuk diakui kemampuannya. Dosen Program Studi Teknologi Industri Kimia (TIK) Fakultas MIPA Universitas Padjadjaran (Unpad) Muhammad Fadhlillah memahami betul pentingnya sertifikasi.
Selain menjadi dosen, Fadhlil memiliki sertifikasi keahlian sebagai barista. Sertifikasi tersebut tidak sekadar mengejar sebagai barista profesional, tapi menjadi dasar mengajarkan kemampuan meracik kopi kepada mahasiswanya.
Sebagai program studi Sarjana Terapan, Unpad memiliki peminatan Bioteknologi Pangan di Prodi TIK FMIPA yang berfokus pada fermentasi pangan olahan. Di bidang ini, materi peracikan cokelat dan kopi menjadi salah satu materi yang diajarkan ke mahasiswa.
Materi ini tidak hanya mengandalkan kemampuan teori, tetapi juga perlu penguatan di bidang praktik. “Riset dan peminatan Prodi TIK kita arahkan ke fermentasi makanan yang bisa dikomersialisasi. Kita arahkan untuk menjadi produk yang siap dikomersialisasi,” tutur Fadhlil dikutip dari laman unpad.ac.id, Kamis, 1 Desember 2022.
Fadhlil mengikuti sertifikasi barista di Balai Pelatihan Kerja Kementerian Tenaga Kerja RI di Lembang pada 23 Mei-17 Juni 2022. Di sana, dia diberikan materi mengenai pengenalan jenis-jenis kopi, kunjungan ke kebun kopi, melihat fisik biji kopi, hingga membedakan antara biji kopi robusta dan arabika.
Selain itu, Fadhlil juga diperlihatkan mengenai proses fermentasi kopi hingga pelatihan meracik kopi, mulai dari meracik manual hingga espresso based yang menghasilkan produk turunan dari kopi.
Terakhir, ia mengikuti uji kompetensi. Hasilnya, Fadhlil lulus pelatihan dan layak mendapatkan sertifikat kompetensi barista.
Fadhlil mengaku dari mempelajari proses fermentasi kopi, dia kemudian menyukai jenis kopi yang difermentasi dengan metode honey ketimbang metode full wash, semi wash, atau wine.
“Honey rasanya lebih fruity, lebih kaya rasa. Dan after taste di lidah clean tidak meninggalkan sisa rasa apa-apa," tutur dia.
Fadhlil menyebut memperoleh sertifikat sebagai seorang barista menjadi modal kuat untuk mengajarkan keahliannya kepada mahasiswa. “Kalau mengajari itu tidak asal teori saja, tetapi harus bisa ajarkan praktiknya,” beber Fadhlil.
Proses pengajaran ini didukung penuh pihak fakultas dengan membuka kafe bertajuk MIPA Corner. Namun, tidak sembarang kafe dibuka, sebab tempat ini juga menjadi laboratorium bagi mahasiswa TIK Unpad.
Ada sejumlah fasilitas di kafe tersebut, seperti area peracikan kopi, dapur terbuka untuk membuat poduk bakery, fermentasi air susu, dan pangan olahan fermentasi lainnya. Fasilitas ini merupakan laboratorium bagi mahasiswa untuk mempraktikkan materi yang diajarkan.
Sehingga, praktikum betul-betul menghasilkan produk yang siap dikomersialkan. Produk berupa kopi, cokelat, bakery, fermentasi air susu, dan pangan olahan fermentasi lainnya dijual dengan harga cukup terjangkau bagi mahasiswa.
Fadhlil menilai sertifikasi kompetensi penting dimiliki seseorang yang memiliki passion sebagai barista. Apalagi, saat ini tren kedai kopi tengah menjamur di Indonesia. Tidak hanya kafe berskala besar, kedai-kedai kopi juga mudah dijumpai di gang kecil.
“Potensi kedai kopi ini kuat, selain buat nongkrong, kedai kopi juga menjadi semacam relaksasi bagi pengunjungnya. Kopi itu mampu memberikan suasana hangat,” kata Fadhlil.
Melihat potensi bisnis kopi yang baik, banyak anak muda ingin menjadi barista. Fadhlil mendorong bagi yang ingin menjadi barista profesional mengikuti sertifikasi kompetensi.
“Teman-teman bisa kejar passion-nya, ikut pelatihan, kejar sertifikasinya. Ini jadi kunci alternatif kalau teman-teman belum dapat kerja formal,” ujar Fadhlil.
Dia menyebut makin banyak bisnis kopi, makin banyak profesi barista, makin tinggi pula persaingan dalam bisnis kopi. Fadhlil mengingatkan barista harus kreatif dalam mengembangkan produk akhir kopi.
“Barista harus punya kekhasan dalam meracik kopinya. Kemudian juga bagaimana mengembangkan produk turunannya. Persaingan di dunia perkopian itu tinggi, sehingga suatu kedai kopi harus punya signature-nya agar pelanggan mau datang,” beber dia.
Fadhlil mengatakan barista harus mampu menyajikan kopi dengan cita rasa khas dan paham karakter kopi. Tiap jenis kopi memiliki metode peracikan berbeda, sehingga seorang barista harus tahu metode yang tepat digunakan untuk meracik jenis kopi tertentu.
Kemampuan lain yang perlu dimiliki barista ialaha kemampuan interpersonal. Fadhlil menjelaskan barista harus mengenali karakter pelanggan.
Bagi pelanggan yang menyukai kopi, perlakuan yang diberikan juga harus sesuai. Sementara itu, bagi yang awam tentang kopi, barista harus melakukan pendekatan agar produk yang disajikan sesuai dengan karakter dan lidah pelanggannya.
“Kemampuan-kemampuan ini yang diberikan dalam pelatihan sertifikasi. Tidak hanya hard skill, tetapi interpersonal skill-nya juga diajari,” tutur Fadhlil.
Baca juga: Mahasiswi Unpad Borong 3 Medali di Kejuaraan Catur Tingkat Asia |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id