Guru Besar UGM Bambang Hudayana. DOK UGM
Guru Besar UGM Bambang Hudayana. DOK UGM

Bahas Masyarakat Adat, Bambang Hudayana Dikukuhkan Sebagai Guru Besar Antropologi UGM

Renatha Swasty • 19 Januari 2023 19:13
Jakarta: Kepala Pusat Studi Pedesaan dan Kawasan (PSPK) Universitas Gadjah Mada (UGM), Bambang Hudayana, dikukuhkan sebagai Guru Besar Bidang Antropologi pada Fakultas Ilmu Budaya UGM. Dia menjadi satu dari 367 guru besar aktif di UGM dan satu dari 11 guru besar aktif di Fakultas Ilmu Budaya.
 
Dalam pengukuhannya, Bambang menyampaikan pidato berjudul "Sumbangsih Antropologi dalam Memperkuat Gerakan Masyarakat Adat di Indonesia".
 
“Tema itu dipilih karena antropologi merupakan sebuah disiplin yang mempelajari tentang keanekaragaman masyarakat dan kebudayaannya sehingga menghasilkan sikap ilmiah yang memberikan apresiasi dan rekognisi atas hak-hak masyarakat di seluruh penjuru dunia dalam melestarikan dan mengembangkan kebudayaannya,” kata Bambang dikutip dari laman ugm.ac.id, Kamis, 19 Januari 2023.

Dia menjelaskan masyarakat adat memiliki nasib serupa dengan masyarakat asli di berbagai belahan dunia yang mengalami diskriminasi, perampasan, dan pemindahan dari wilayahnya. Di Indonesia, masyarakat adat mengalami pelemahan eksistensi dan penghidupannya secara masif ketika Orde Baru berkuasa.
 
Setelah reformasi, gerakan masyarakat adat melakukan berbagai agenda aksi untuk meningkatkan posisi tawarnya dalam relasi kuasa dengan negara. Salah satunya, melakukan konsolidasi gerakan sehingga mampu mendirikan Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) pada 1999.
 
“Tren kemajuan gerakan masyarakat adat merupakan buah karya perjuangan mereka sendiri dengan dukungan dan kerja kolaboratif dengan berbagai OMS termasuk lembaga swadaya masyarakat dan aktivisnya, media, dan akademisi kritis,” ucap dia.
 
Kaum akademisi dari disiplin, seperti antropologi, sosiologi, ilmu politik, ilmu hukum, dan pembangunan sosial banyak menyumbangkan pemikiran bagi masyarakat adat. Sesuai dengan mandat keilmuan, antropologi ikut memberikan kontribusi spesifik bagi masyarakat adat dalam bentuk produksi pengetahuan yang relevan untuk alat perjuangan, berperan sebagai profesional antropologi di lapangan, dan terlibat langsung dalam gerakan dengan ikut memfasilitasi kegiatan advokasi dan pendampingan.
 
Bambang menyebut ada enam sumbangsih antropologi bagi gerakan masyarakat adat, yakni menghasilkan karya dan metode etnografi, menghasilkan etnografi dan sikap kritis terhadap pembangunan, menghasilkan kajian ekonomi politik atas dominasi perusahaan ekstraktif terhadap masyarakat adat, dan menghasilkan karya etnografi yang bersikap kritis terhadap land grabbing.
 
Kemudian, memperkenalkan antropologi terapan untuk pemberdayaan masyarakat adat yang aplikatif, serta terlibat langsung dalam agenda gerakan sosial masyarakat adat. Bambang menyebut meskipun telah memberikan beragam sumbangsih dalam memuliakan masyarakat adat, kerja antropologi belum maksimal.
 
“Para antropolog harus meningkatkan kinerjanya dalam memproduksi etnografi dan mengembangkan berbagai penelitian aksi,” ucap dia.
 
Dia mengungkapkan antropolog hendaknya menghasilkan lebih banyak karya etnografi yang berpihak dan mengembangkan metode dan instrumen pemberdayaan masyarakat adat. Antropolog sebaiknya juga memiliki keahlian dan pengalaman untuk penelitian aksi karena penelitian semacam ini bisa diabdikan untuk kepentingan subjek yang ditelitinya.
 
Baca juga: Teliti Rekayasa Jaringan Sebagai Terapi Regeneratif Biomedis Masa Depan, Ika Dikukuhkan Jadi Guru Besar UGM

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan