"PJJ ini merupakan suatu hal yang luar biasa sulit dilakukan. Sulit bagi guru, sulit bagi para murid dan sulit bagi anak. Saya ingin mendengar tantangan yang dihadapi sekolah," kata Nadiem di SMK Ma'arif, Kamis, 30 Juli 2020.
Nadiem mengakui PJJ masih punya banyak permasalahan. Namun, dia meminta guru tetap menjalakan PJJ untuk sementara waktu.
"Ini merupakan suatu hal yang kami sadari, dan enggak ada yang inginkan PJJ terjadi. Ini terpaksa karena krisis kesehatan. Dan kami sebenarnya ingin secepat mungkin, tapi dengan seaman mungkin anak itu kembali tatap muka," ujar Nadiem.
Nadiem sadar pendidikan tatap muka penting. Guru dan siswa harus sesegera mungkin melakukan interaksi langsung. "Kita bisa tahu emosi mereka, kita bisa tahu kalau ada masalah yang mungkin kita tidak tahu dan dia tidak bilang," lanjutnya.
Baca: Nadiem Pinjam Laptop Guru, Sapa Siswa Sedang Belajar Daring
Setidaknya ada tiga isu utama yang ditampung Nadiem dalam kunjungan kerjanya. Pertama, kemampuan orang tua siswa dalam membeli kuota, kedua adaptasi teknologi, dan terakhir minimnya sosialisasi, agar guru bisa berani melakukan penyesuaian kurikulum di tengah pandemi.
Kunjungan Nadiem ke SMK Ma'arif seolah merespons permintaan Wakil Sekretaris Jenderal (Wakil Sekjen) Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) Achmad Zuhri. Sebelumnya, Zuhri meminta Nadiem mengunjungi sekolah yang dibina LP Ma'arif NU.
Menurut Zuhri, kunjungan Nadiem bisa membangun kepercayaan masyarakat. Sebab, banyak yang kecewa kepada Nadiem terkait isu Program Organisasi Penggerak (POP).
"Saran saya, Mas Menteri ini turun ke sekolah NU, Muhamadiyah, ke PGRI, dengarkan keluhan siswa, guru, wali murid, kepala sekolah yang ada. Untuk menegoasi ulang kebijakan yang diterapkan. Saya kira itu langkah yang dewasa. Kalau hanya di publik menyampaikan pidato, penyampaikan maaf enggak begitu diterima," jelas Zuhri dalam diskusi daring, Rabu, 29 Juli 2020.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News