Ilustrasi. Medcom.id
Ilustrasi. Medcom.id

Dampak PJJ, Banyak Siswa di Palu Menikah Dini

Antara • 01 Juli 2021 20:50
Palu: Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Palu, Sulawesi Tengah, Ansyar Sutiadi mengungkapkan banyak peserta didik yang menikah dini akibat pemberlakuan pembelajaran jarak jauh (PJJ) daring. Sebab, aktivitas peserta didik yang tidak dapat dikontrol selama mengikuti PJJ daring. 
 
"Ini berdasarkan hasil peninjauan di lapangan dengan mengunjungi sekolah dan peserta didik serta laporan berbagai pihak termasuk orang tua peserta didik," kata Ansyar di Palu, Kamis, 1 Juli 2021.
 
Selain menikah dini, kata dia, sebagian besar peserta didik tidak dapat mencapai kompetensi dasar yang ditetapkan dalam kurikulum pendidikan sesuai jenjang pendidikannya. Ini terjadi akibat minimnya alokasi waktu belajar selama PJJ daring.

Ansyar mengatakan persoalan tersebut tidak hanya terjadi di Palu. Ia bilang Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim pun mengakui persoalan itu juga terjadi hampir di semua daerah di Indonesia yang menerapkan PJJ daring.
 
Baca: PPKM Darurat, Pembelajaran di Semua Jenjang Digelar Daring
 
Masalah lain yang cukup mengkhawatirkan, kata dia, yaitu dampak negatif PJJ daring terhadap psikologi peserta didik. Ia mengaku banyak peserta didik dan orang tua yang frustasi dan stres mengikuti PJJ daring yang telah berlangsung sejak tahun 2020. Jika dibiarkan terus menerus dikhawatirkan akan berdampak terhadap kepribadian peserta didik.
 
"Mereka (peserta didik) pegang smartphone bukan untuk belajar daring tapi hanya main game. Selain itu antar peserta didik tidak saling mengenal satu sama lain apalagi dengan gurunya," ucapnya.
 
Ansyar menilai pembelajaran tatap muka (PTM) menjadi solusi satu-satunya untuk mengatasi persoalan tersebut. Tentunya, dengan menerapkan protokol kesehatan pencegahan penularan dan penyebaran covid-19 secara ketat.
 
Ia menyatakan semua sekolah mulai jenjang PAUD hingga SMP siap melaksanakan pembelajaran tatap muka di masa pandemi. Semua sekolah telah memenuhi standar protokol pendidikan berbasis protokol kesehatan pencegahan penularan dan penyebaran covid-19.
 
Misalnya, menyediakan sarana pencuci tangan atau wastafel, alat pengukur suhu tubuh, handsanitizer, masker, pembatasan kapasitas ruang belajar mengajar untuk diisi oleh peserta didik hanya menjadi 50 persen.
 
Baca: Pesan Kemendikbudristek untuk Kepala Dinas Jika Terjadi 'Klaster Sekolah'
 
Selain menyediakan sarana dan prasarananya, Ansyar menambahkan pihaknya juga telah memberikan pembekalan dan pemahaman kepada orang tua peserta didik, peserta didik, tenaga pendidik dan kependidikan tentang tata cara melaksanakan pembelajaran tatap muka dengan mengikuti protokol pendidikan berbasis prokes secara ketat di masa pandemi.
 
"Kami juga sudah beberapa kali mengadakan simulasi pembelajaran tatap muka sehingga dari hasil simulasi itu sehingga kami yakin dapat melaksanakan pembelajaran tatap muka meski memang saat ini Palu masuk zona merah penyebaran covid-19," tambahnya.
 
Meski demikian, ia memastikan tidak memaksa peserta didik jika tetap tidak ingin mengikuti pembelajaran tatap muka. Oleh sebab itu, Disdikbud Palu menyiapkan formulir kesediaan peserta didik mengikuti pembelajaran tatap muka yang diisi oleh orang tua peserta didik.
 
"Tapi kami kembali kepada keputusan Wali Kota Palu apakah memutuskan melaksanakan pembelajaran tatap muka atau tetap menunda dulu hingga Palu keluar dari zona merah," jelasnya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AGA)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan