Perdebatan semakin tajam, salah satunya setelah lulusan SMA di Indonesia disebut diragukan kualitasnya dan sejumlah kampus di Belanda ogah menerima lulusan pendidikan menengah di Indonesia begitu saja sejak tidak adanya Ujian Nasional. Tidak sepenuhnya salah, karena memang untuk universitas berbasis riset di luar negeri termasuk Belanda tidak bisa langsung menerima siswa lulusan SMA dari Indonesia tanpa adanya ujian nasional.
Meski berdasarkan beberapa data, sebetulnya aturan tersebut sudah berlaku sejak bertahun-tahun lalu dan tidak sepenuhnya hanya dipengaruhi ujian nasional saja. Ujian Nasional yang dilaksanakan suatu negara memang jamak digunakan sebagai salah satu standar atau acuan kualitas pendidikan di negara tersebut.
Meski demikian, beberapa negara maju justru memilih untuk tidak melaksanakannya, sebutlah Finlandia, Kanada, Jepang, Korea Selatan, juga Amerika Serikat. Masing-masing negara tentu memiliki pertimbangan sendiri, begitu juga dengan Indonesia.
Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (BSKAP Kemendikbud Ristek), Anindito Aditomo, telah membantah jika penghapusan Ujian Nasional akan menutup peluang siswa lulusan SMA Indonesia melanjutkan studi ke perguruan tinggi. Ujian Nasional dihapus sebagai ujian kelulusan.
Meski begitu, evaluasi kegiatan belajar siswa tetap harus dilakukan untuk tetap menjaga standar dan kualitas pendidikan Indonesia. Bahkan pelaksanaannya kini dilakukan secara digital menggunakan Learning Management System (LMS) seperti Pijar Sekolah.
Evaluasi melalui Penilaian Akhir Semester (PAS) berperan juga dalam memastikan keberhasilan proses pendidikan di setiap jenjang. Pemerintah merancang PAS untuk mengevaluasi sejauh mana siswa memahami materi yang telah diajarkan selama satu semester ke belakang.
Lewat PAS, guru dapat mengukur tingkat kompetensi dasar yang diharapkan, sekaligus mengidentifikasi apa saja yang perlu ditingkatkan. PAS juga membantu guru mengevaluasi efektivitas metode pengajaran yang diberikan.
Jika banyak siswa yang mengalami kesulitan, bisa jadi hal ini menjadi sinyal bahwa strategi pembelajaran yang diterapkan perlu diperbaiki. Sementara itu, secara strategis PAS juga akan membantu sekolah dalam mengevaluasi kurikulum yang relevan dan sesuai dengan kebutuhan siswa.
Sayangnya, pelaksanaan PAS memiliki tantangan yang tidak sepele. Proses pelaksanaan PAS yang dilakukan secara manual membuat banyak sekolah merasakan inefisiensi.
"Menjelang akhir semester seperti ini kami harus membuat jadwal ujian, merekap nilai, merekap absen, yang membuat kami bekerja hingga larut malam," kata Kepala Bidang Kurikulum SMAN 1 Cisarua, Kabupaten Bandung, Ratih. Y. S dalam siaran persnya, Selasa, 24 Desember 2024.
Baca juga: Nasib Ujian Nasional, Kemendikdasmen Kaji 3 Hal Ini |
Memang, penyusunan soal hingga pengoreksian jawaban secara manual membuat guru harus mencetak soal dalam jumlah besar, memastikan distribusinya, dan mengoreksi hasil ujian secara individu. Bukan hanya sekadar menyita waktu, juga berpotensi terhadap risiko kesalahan dalam penilaian.
Selain itu, tantangan juga akan muncul dari sisi keamanan dan kerahasiaan soal ujian, logistik, termasuk sarana ruang ujian, alat tulis, dan peralatan lain yang bisa saja menjadi kendala bagi sekolah-sekolah dengan sumber daya terbatas. Tantangan-tantangan semacam inilah yang membuat pemerintah memutuskan PAS dilakukan secara digital menggunakan Computer Test Based (CBT).
Ratih dan rekan-rekannya di SMAN 1 Cisarua merasakan betul bagaimana perubahan terjadi berkat peralihan ke digital. Setelah dihadapkan pada tantangan ujian manual hingga menggunakan aplikasi ujian sekolah online, mereka begitu bersemangat menjalani transformasi ini.
“Sekolah kami sangat mendukung transformasi di dunia pendidikan, karena peralihan ini terbukti mampu membuat guru-guru kami bekerja lebih efektif dan efisien. Terutama dalam persiapan, pelaksanaan, hingga PAS dilaksanakan,” ungkap Kepala Sekolah SMAN 1 Cisarua Kabupaten Bandung, Neneng Titin Suryati.
Lebih lanjut, Neneng juga mengatakan, dirinya merasa lega sekarang, lantaran guru-guru sudah jarang yang membawa pekerjaan ke rumah, “Happy banget karena sekarang guru-guru bisa bekerja lebih efektif dan sudah jarang membawa pekerjaan ke rumah karena semua sudah terbantu secara otomatis dalam aplikasi Pijar Sekolah yang kami pakai," jelasnya.
“Senang sekali kami dapat melaksanakan PAS akhir semester ini dengan lancar dan tepat waktu berkat Pijar Sekolah dari Telkom, diikuti oleh 1.286 siswa," ucapnya.
Proses pengoreksian dan perhitungan nilai juga menjadi lebih cepat juga akurat, sehingga bisa langsung diakses siswa dan orangtua secara realtime. "Kami berharap dengan solusi yang diberikan oleh Pijar Sekolah, kami akan lebih siap menghadapi berbagai tantangan agar siswa lulusan sekolah kami dapat bersaing di masa depan,” ujar Neneng.
Senada, Kepala Sekolah SMPN 15 Bandung, Titi Latifah juga mengungkapkan hal yang sama. Pihaknya yang semula selalu berhadapan dengan berbagai tantangan akibat pelaksanaan PAS manual, sekarang bisa bernapas lega berkat hadirnya aplikasi ujian sekolah.
“Kami beruntung segera menemukan Pijar Sekolah saat kami tengah menghadapi tantangan untuk beralih ke digital. Alhamdulillah, sekarang semua menjadi mudah berkat Pijar Sekolah, koreksi hasil ujian sudah langsung otomatis dari sistem dan kami sudah tidak perlu membawa berkas ke mana-mana lagi. Paling penting, guru-guru bisa istirahat cukup,” ujarnya.
Pijar Sekolah adalah platform digital yang dikembangkan Telkom untuk mendukung peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia. Masih menurut Titi, Pijar Sekolah juga sudah menyematkan remote block yang dapat membantu sekolah meminimalisir indikasi kecurangan saat ujian berlangsung.
“Fitur remote block yang ada di Pijar Sekolah menjaga anak didik kami dari kecurangan seperti menyontek misalnya, karena ketika mereka membuka tab selain ujian, maka akan terblokir secara otomatis," kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News