Co Founder Young Indonesian Professionals' Association (YIPA) Inggris Raya, Steven Marcelino. Medcom.id/Muhammad Syahrul Ramadhan.
Co Founder Young Indonesian Professionals' Association (YIPA) Inggris Raya, Steven Marcelino. Medcom.id/Muhammad Syahrul Ramadhan.

HUT Kemerdekaan RI ke-74

Hadapi Bonus Demografi, Milenial Jangan Tunggu 'Disuapin'

Muhammad Syahrul Ramadhan • 18 Agustus 2019 10:10
Jakarta: Steven Marcelino, seorang diaspora yang tinggal di London, Inggris Raya menyampaikan pesan untuk generasi milenial Indonesia dalam mengisi kemerdekaan dan menghadapi era bonus demografi.  Pemuda pemudi Indonesia diminta aktif mempersiapkan diri untuk menyambut era akan membludaknya jumlah usia muda itu.
 
Steve mengatakan, Indonesia menghadapi tantangan besar yakni bonus demografi pada sekitar 2030.  Pada saat itu, akan datang masa di mana jumlah penduduk usia produktif berada dalam jumlah yang banyak.  Menurut Steven, kondisi tersebut dapat menimbulkan sisi positif dan negatif.
 
Akan menjadi positif, jika jumlah usia muda yang banyak itu telah terbekali dengan keterampilan dan juga tersedianya lapangan pekerjaan yang memadai.  Namun jika tidak, yang terjadi adalah sebaliknya, situasi tersebut justru bisa menjadi bencana geografi bagi Indonesia.

Untuk itu, kata Steven, sangat penting bagi generasi milenial untuk meningkatkan keterampilan.  Terlebih lagi saat ini Indonesia berada di era revolusi industri 4.0, sehingga banyak pekerjaan yang akan mulai tergantikan dengan teknologi.
 
“Di satu sisi baik, di sisi lain memberikan masalah. Untuk itu kita harus mempersiapkan milenial agar ready, bayangkan kalau jutaan milenial ini tiba-tiba masuk ke lapangan kerja, di mana lapangan kerja sudah sudah tidak ada lagi,” kata Steven kepada Medcom.id saat ditemui di Jakarta. 
 
“Apa langkah-langkah milenial yang bisa membuat mereka 4.0 ready untuk menghadapi masalah itu? apakah memiliki digital skill? Atau awarness sehingga memiliki skill-skill yang relevan?” lanjutnya.
 
Baca:  'Merdeka' itu Berani Berkompetisi Global
 
Steve yang bekerja  sebagai Direktur pasar modal untuk pasar Asean, Accenture Inggris ini, menyebut, keterampilan-keterampilan 25 tahun lalu sudah tidak lagi dibutuhkan. Untuk itu milenial harus memiliki keterampilan yang relevan, seperti membaca data, meganalisis data, ataupun big data.
 
Skill-skill yang dulunya hot 25 tahun lalu sekarang sudah tidak hot lagi, how they aware to analytics big data, hal-hal ini tidak pernah diajari pada saat SD,SMP,dan SMA,” kata pria asli Surabaya ini.
 
Ia juga meminta agar milenial merubah mindset untuk memilih menjadi pekerja di pabrik, seperti tren 10-20 tahun lalu. Karena semuanya sudah otomasi dan digital.
 
Pria yang sudah 10 tahun tinggal dan bekerja di Inggris ini mengatakan, milenial harus berkontribusi agar bonus demografi tidak justru berdampak negatif.  Sehingga dapat mengakibatkan tingginya pengangguran, tingginya angka kejahatan dan menurunnya angka kesejahteraan.
 
“Kesejahteraan rakyat malah menurun kalau penganggguran tinggi, itulah yang harus kita hindari,” ujarnya.
 
Menurutnya semua harus harus berperan, baik pemerintah maupun milenial. Untuk milenial ia juga meminta agar aktif dan tidak menunggu diberi.
 
“Milenial saya harapkan tidak hanya berharap ke pemerintah atau mindset-nya spoon feeding, tinggal tunggu disuapin tapi harus aktif untuk mendapatkan skill-skill itu,” ujarnya.
 
Untuk itu Co Founder Young Indonesian Professionals' Association (YIPA) Inggris Raya ini, mengatakan, diaspora memberikan kesempatan belajar di YIPA yang tergabung di dalamnya merupakan profesional di berbagai industri.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(CEU)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan