"Pengen sih sebenarnya (pulang). Saya juga kan suami juga di sini. Jadi saya suatu saat ingin pulang, cuma lagi nunggu momentum yang tepat," kata Sastia di kantor Kemenristekdikti, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Pusat, Selasa 21 Agustus 2019.
Sebelum muncul rencana pemerintah memulangkan diaspora, Sastia mengaku sudah banyak tawaran mengajar dari beberapa kampus di Indonesia. Namun, ia masih menunggu momentum tepat untuk meninggalkan posisinya saat ini sebagai dosen tetap di perguruan tinggi peringkat 71 dunia versi QS World University Ranking yang sudah disandangnya sejak 2016 lalu.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
"Ada beberapa universitas yang sudah nawarin. Tawaran dari beberapa kampus besar untuk pulang jadi dosen. Jadi saya nunggu momentum dan lagi nunggu tawaran yang paling bagus," ujar pengajar mata kuliah bioteknologi itu.
Baca:Menteri Nasir Ajak Ilmuwan Diaspora Jadi Dosen di Indonesia
Sastia menambahkan, setidaknya dengan acara Simposium Cendekia Kelas Dunia (SCKD) yang digagas Kemenristekdikti, akan memberikan ruang bagi para diaspora menyumbangkan ide, gagasan dan pikiran demi kemajuan bangsa dan negara. Ini tahun ketiga, Sastia mengikuti SCKD.
"Jadi impactfull (berdampak). Kenalan dan networking sama diaspora dan setelah itu membuat kolaborasi baru dengan peneliti-peneliti di Indonesia," ujar Sastia.
Seperti diberitakan sebelumnya. Kemenristekdikti mewacanakan untuk menarik pulang para ilmuwan diaspora Indonesia yang ada di perguruan tinggi luar negeri. Sejumlah persiapan termasuk kebijakan untuk penyetaraan status akademik para diaspora tersebut juga tengah disiapkan. Kepulangan ilmuwan diaspora diharapkan dapat membantu peningkatan kualitas perguruan tinggi di Indonesia.
(WHS)