Selepas lulus sekolah menengah, Rafly menunda pendidikan ke perguruan tinggi karena bekerja untuk membantu keluarga. Setelah bekerja sebagai waiters beberapa bulan, ia merasa butuh meningkatkan keterampilan sehingga bisa mendapatkan penghasilan lebih.
“Itulah alasan saya ikut kursus reguler di LKP Via English Course. Karena saya awalnya bukan dari pendidikan vokasi di SMK, saya belum tahu ilmunya,” beber Rafly dikutip dari laman Vokasi Kemdikbud, Jumat, 12 Juli 2024.
Lantaran menyenangi dunia hospitality, Rafly serius menekuni kursus perhotelan di LKP tersebut. Dalam waktu kurang lebih tiga bulan, ia mulai merambah ke dunia perhotelan secara lebih lengkap.
Dia tidak hanya mempelajari tentang keramahtamahan, tetapi juga keterampilan teknis, seperti housekeeping, F&B, front office, bahkan sampai dengan manajemen perhotelan.
Ada beberapa hal yang sebelumnya tidak ia ketahui, setelah mengikuti kursus pengetahuannya bertambah. Misalnya, dahulu ia belum mengetahui tata krama fine dining.
“Bagaimana set table untuk fine dining itu tak sembarang. Ternyata yang saya lakukan di tempat kerja yang dulu itu kurang baik dan saya baru tahu contohnya setelah ikut kursus.,” beber Rafly.
Kesungguhan dan ketekunan Rafly dalam belajar membuahkan hasil. Setelah pelatihan, ia berhasil magang di PT Pelni dan kini telah melanjutkan kontrak sebagai pekerja selama 6 bulan.
Ia berkesempatan bekerja di KM Binaiya dengan jabatan perbekalan dan pelayanan (P2). Bekal selama kursus membuat ia bisa beradaptasi lebih cepat di dunia kerja.
Nilai uji kompetensi yang ia dapatkan dengan sempurna, dapat ia praktikkan secara nyata. “Dulu uji kompetensi housekeeping juga dan itu relevan dengan pekerjaan saya di kapal yang mana membersihkan kamar mualim/perwira dan menurunkan sprei yang kotor ke tempat washman/laundry,” jelas Rafly.
Perubahan finansial juga dirasakan Rafly. Sebelum kursus, ia mendapatkan penghasilan di bawah UMK kota asalnya.
Tetapi, setelah bekerja di Pelni, ia mendapatkan penghasilan belum dengan bonus dan tunjangan sekitar Rp7 juta. Kini, ia bisa membantu keluarganya di Tembilahan, sebuah kecamatan di ujung Riau.
Tak hanya itu, bekerja di kapal juga turut mewujudkan mimpi pemuda berusia 23 tahun tersebut. Berasal dari sebuah kampung dan termasuk daerah 3T, ia bisa keluar dari kampung tersebut dan melihat dunia yang luas. Kapal
KM Binaya membawanya keliling Indonesia, khususnya ke daerah timur, mulai dari Makassar sampai dengan Labuan Bajo. “Home base-nya di Benoa, Badung, Bali. Dan saya berkeliling setiap minggu,” ungkap Rafly.
Berada di titik ini, membuat Rafly bersyukur telah menempuh pendidikan vokasi lewat kursus dan pelatihan. Ia berencana meneruskan karier di kapal pesiar, sehingga bisa menempuh karier internasional.
Baca juga: Impian Elyza Dapat Penghasilan Tetap Tercapai Berkat Program Pendidikan Kecakapan Kerja |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News