Namun, prajurit TNI tidak melupakan tugas dan jati dirinya sebagai tentara rakyat dan tentara pejuang. “Saya kira TNI ke depan harus kembali ke jati dirinya sebagai tentara rakyat dan tentara pejuang. Sumpah prajurit dan Sapta Marga harus diteguhkan kembali, sebab tantangan kita ke depan bukan lagi ancaman fisik melainkan non fisik,” kata pengamat militer Universitas Gadjah Mada (UGM) sekaligus Ketua Program Studi Ketahanan Nasional Sekolah Pascasarjana (SPs) UGM, Armaidy Armawi, dikutip dari laman ugm.ac.id, Rabu, 5 Oktober 2022.
Armaidy menyebut TNI lahir dari rakyat melalui pergulatan panjang merebut dan mempertahankan kemerdekaan. Lalu, TNI tumbuh dan besar bersama rakyat sehingga saat ini tetap berjuang untuk rakyat.
Dia menyebut kontribusi TNI untuk ikut mendukung pembangunan kesejahteraan rakyat harus didorong meski tugas utamanya sebagai komponen penjaga kedaulatan negara. Armaidy menegaskan tugas TNI tidak lagi semata-mata untuk menjaga keamanan dan kedaulatan semata, namun juga ikut meningkatkan taraf kehidupan masyarakat melalui pendekatan kesejahteraan.
“Penjaga konstitusi dan penjaga ideologi negara itu adalah TNI. Karena TNI lahir dari rakyat, ia kembali pada rakyat, manunggal antara TNI dan rakyat harus didukung dari sisi kesejahteraan yang terjadi dalam masyarakat,” tutur dia.
Armaidy mengatakan salah satu ancaman bagi bangsa Indonesia ke depan justru pada persoalan rasa keadilan sosial. Sehingga, manfaat pembangunan harus betul-betul dirasakan oleh seluruh anak bangsa.
“Jika masyarakat sejahtera, berkeadilan dan nyaman, pasti tentara kerja juga nyaman,” kata dia.
Baca juga: Peringati HUT TNI dengan Wisata Edukasi ke Museum Satriamandala, Yuk! |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News