Setamat SMP, Landung bingung apakah melanjutkan sekolah atau tidak. Sebab, keluarganya tidak mendukung dan mengalami keterbatasan kemampuan keuangan.
Namun, pria kelahiran Bantul, 25 Maret 2005 itu tidak menyerah. Dia memberanikan diri masuk ke pondok khusus yang menampung anak yatim dan duafa, yaitu Pondok Pesantren Darul Fatihah Pundong Bantul.
“Saya memberanikan diri untuk masuk pondok tersebut karena dengan ikut pondok tersebut saya dibiayai sekolah sampai lulus dan dijamin uang saku setiap harinya,” kenang Landung dikutip dari laman uny.ac.id, Senin, 6 Januari 2024.
Landung diterima di SMAN 1 Bambanglipuro Bantul dan bisa menghasilkan beberapa prestasi salah satunya juara 1 Inovasi Project Moderasi Beragama Kementerian Agama RI Tahun 2022. Saat kelas XII, Landung termasuk salah satu siswa eligible dan didukung dengan medali yang didapatkan ia disarankan melanjutkan kuliah melalui jalur SNBP.
“Namun kembali pihak keluarga saya tidak mendukung sebab berbagai pertimbangan salah satunya seputar pembiayaan. Namun cita-cita saya memang ingin meneruskan belajar sampai tamat, karena bagi saya pendidikan merupakan keharusan," ujar dia.
Landung lantas berkonsultasi dengan guru BK karena masih pesimis tentang studi lanjut. Namun, guru BK SMAN 1 Bambanglipuro, Eny, meyakinkannya untuk studi lanjut. Bahkan Kepala Sekolah SMAN 1 Bambanglipuro saat itu, Gami Sukarjo, memberikan informasi tentang beasiswa. Sebab, sekolah sangat mendukung siswanya lanjut kuliah dan berusaha semaksimal mungkin untuk memfasilitasi siswanya mendapatkan beasiswa salah satunya Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIP-K).
Baca juga: Cerita Ikhwan, Difabel Tunanetra Merajut Mimpi Lewat UNY |
Akhirnya, Landung memilih program studi Pendidikan Kewarganegaraan dan Hukum Fakultas Ilmu Sosial, Hukum dan Ilmu Politik di UNY melalui jalur SNBP dan diterima. Selama kuliah, warga Samen, Sumbermulyo, Bambanglipuro, Bantul tersebut berhasil meraih indeks prestasi kumulatif 3,84 dan berkesempatan menjadi narasumber di beberapa acara mentoring anak muda sekaligus aktif dalam kegiatan organisasi mahasiswa.
Landung juga seorang pemuda ulet. Pondok pesantren tempatnya nyantri mengajari mandiri sejak dini. Dia iseng mencoba berjualan es dawet dengan modal yang didapat dari pondok.
“Saya berdagang es dawet hitam di dekat pondok saya dan alhamdulillah laku keras. Hingga sekarang saya bisa berjualan dawet hingga 5 tempat bersama teman-teman,” kata dia.
Uang hasil berdagang lalu ditabung serta disisihkan untuk pondok pesantren. Selain berdagang es dawet, putra pasangan Latino (alm) dan Sumiriyati, tersebut juga memelihara kambing di rumah yang diperolehnya dari hasil ngarit atau mencarikan rumput untuk kambing tetangga sekaligus menggembalakannya.
Uang hasil ngarit tersebut dikumpulkan dan dibelikan kambing yang sekarang mencapai 7 ekor. “Kambing ini saja jadikan tabungan bila membutuhkan uang secara tiba-tiba,” papar Landung.
Hingga saat ini, ia masih setia ngarit untuk memberi makan ketujuh ekor kambingnya. Landung yang sudah yatim sejak umur 5,5 tahun tersebut berpesan pada calon mahasiswa agar pantang menyerah menghadapi kesulitan ekonomi.
“Cita-cita akan terwujud bilamana kita pantang menyerah dalam menggapainya. Tidak apa bersakit-sakit dahulu, karena semua butuh proses untuk mencapai tujuan yang kita inginkan,” tegas mahasiswa semester 4 tersebut.
Landung juga berterimakasih kepada UNY, berkat beasiswa KIP-K, ia bisa menggapai cita-cita sejak kecil yaitu berkesempatan mencicipi bangku perkuliahan. Harapannya dengan beasiswa KIPK Landung bisa berkuliah dengan baik, menjadi orang yang selalu bersyukur, dan menggapai cita-cita di masa depan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News