Siswa-siswi tak cuma mendengarkan guru berbicara terus-terusan selama jam pelajaran tapi sesekali diselingi permainan. Kegiatan olahraga juga kini lebih beragam dengan memasukkan unsur permainan tradisional.
Selama delapan minggu, sekolah menjalankan program AKSI (Anak Kuat Sehat dan Bahagia), yakni program intervensi di sekolah untuk membangun kebiasaan anak-anak SD dalam melakukan aktivitas fisik serta memahami praktik baik mengonsumsi makanan bergizi seimbang secara rutin. Ada empat pembiasaan yang dilakukan yakni senam bersama, integrasi PJOK dengan modul AKSI, kebun gizi, dan ice breaking.
Melkianus mengungkapkan melalui program AKSI, aktivitas gerak anak-anak yang sebelumnya tidak terarah kini menjadi lebih terarah. Salah satunya, siswa-siswi diajak memainkan permainan tradisional, yakni 'Batu 10'.
Dulu, permainan ini sangat terkenal tapi seiring waktu mulai dilupakan. "Kita bersyukur melalui kegiatan intervensi sehingga permainan ini bisa diperkenalkan kembali kepada anak-anak," kata Kepala SD di Sentani Timur, Melkianus di sekolah, Senin, 26 Mei 2025.

Siswa memainkan permainan tradisional Batu 10. Medcom.id/Renatha Swasty
Selain itu, pembelajaran juga lebih menyenangkan dengan adanya ice breaking. Dia mengakui sebelum ada program ini, guru-guru di sekolah mengajar sedikit monoton dan membosankan. Setelah mengenal adanya ice breaking, guru jadi lebih bisa membuat anak-anak betah belajar.
"Ada permainan-permainan literasi dan numerasi dalam kelas yang diintegrasikan dengan pelajaran sehingga lebih membuat anak-anak itu bersemangat untuk belajar dalam kelas mengikuti proses pembelajaran yang ada," beber dia.
Seorang siswa kelas 5 SD, Yiseka, mengakui kini pelajaran dalam kelas lebih menyenangkan. Sebab, guru tak terus-terusan mengajar.
Di tengah pembelajaran, siswa diajak bermain domikado yang berhubungan dengan pembelajaran hari itu. "Senang, lebih seru, jadi nyambung juga dengan pelajarannya," kata Yiseka.
Hal yang sama diakui Putri, siswa kelas 6 SD. Dia mengaku permainan di tengah-tengah pelajaran membuatnya lebih semangat.
Program AKSI memberdayakan guru
AKSI merupakan program yang diinisiasi lembaga swadaya masyarakat Wahana Visi Indonesia (WVI). Program itu mengintegrasikan ragam permainan gerak dengan literasi baca agar keterampilan baca anak di Papua juga dapat distimulasi lewat caramenyenangkan.
Progam ini menyasar 11 sekolah di Sentani, Kabupaten Jayapura. WVI menyediakan modul pembelajaran kebugaran fisik dan gizi, buku permainan, poster edukasi, playmat/boardgame raksasa, serta buku cerita anak bertema gerak, hidup sehat dan makan bergizi ke sekolah-sekolah itu.
"Di program ini kita memberdayakan sekolah, memberdayakan guru-guru biar mereka bisa menggunakan apa yang ada sama mereka resource sama mereka, kita tingkatkan kapasitasnya sehingga mereka jadi lebih skillfull untuk bisa menyelenggarakan pembelajaran yang menyenangkan, beragam untuk mendukung anak-anak lebih bugar dan lebih sehat," kata Ketua Tim Program AKSI, Saskia Indasari.
Sebelum memulai program, guru dilatih selama empat hari dengan modul AKSI. WVI juga melibatkan program studi Penjaskes di Universitas Cendrawasih yang memahami soal permaian tradisional dan sejumlah instansi terkait.
Selama jalannya program yang dimulai pada Februari 2025 itu, sekolah terus dipantau dan dievaluasi. Termasuk diselesaikan berbagai tantangan yang timbul.
Ica, sapaan karib Saskia, menyebut implementasi
empat pembiasaan dalam program AKSI bisa berbeda-beda antara sekolah satu dengan sekolah yang lain. Sebab, jalannya program juga bergantung pada kemampuan sekolah.
Meski tidak bisa menjalankan proyek, sekolah didorong tetap memberikan edukasi kepada siswa. "Nanti guru kelas yang menyisipkan materi-materi itu ke anak-anak," tutur dia.

Salah satu aktivitas fisik gerak. Medcom.id/Renatha Swasty
Sekolah lanjutkan program AKSI
Kepala Sekolah Melkianus berharap program AKSI bisa berjalan lebih lama. Sayangnya, program ini cuma bisa berjalan selama kurang lebih delapan minggu.Meski begitu, dia bakal tetap melanjutkan program itu di sekolah. "Kami sudah sepakat dari sekolah untuk akan melanjutkan secara mandiri melakukan apa yang menjadi hal positif yang sudah diberikan dan diberikan oleh Wahana Visi Indonesia," beber dia.
Apalagi, kata dia, program ini memberikan dampak positif bagi siswa. Salah satu yang paling terlihat siswa rajin ke sekolah.
"Memang ada perubahan yang sangat drastis dari tadinya anak-anak ini kurang tertarik untuk datang ke sekolah, tapi dengan adanya aktivitas gerakan yang ada, permainan yang ada, mereka lebih aktif ke sekolah," ujar Melkianus.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News