Nasih mengatakan, seluruh peserta pendaftar SNMPTN diberikan kesempatan mendapatkan golden ticket dengan beberapa syarat yang ditentukan. Mulai dari peraih emas olimpiade internasional, penghafal kitab suci dari sekolah umum yang bereputasi, dan pemimpin organisasi dari sekolah yang memiliki prestasi baik.
"Hal ini kenapa kami lakukan, karena SNMPTN secara umum merupakan seleksi yang dilakukan dengan mempertimbangkan nilai dan prestasi,” tutur Nasih dalam diskusi daring UNAIR seputar SNMPTN, Rabu, 10 Februari 2021.
Pada kesempatan itu, Nasih juga menerangkan tentang proses finalisasi nilai pada proses pendaftaran SNMPTN. Menurutnya, seluruh siswa dan guru wajib memperhatikan apakah status pendaftar siswa sudah eligible.
"Karena jika status siswa belum eligible maka nanti tidak bisa melakukan proses-proses selanjutnya," ujar Ketua Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi (LTMPT) itu.
Baca: Unand Tetapkan Kuota 30% Jalur SNMPTN 2021
Nasih juga memerinci siswa yang sudah eligible. Per 8 Februari 2021, sudah ada 837.245 siswa yang eligible. Namun, karena kuota SNMPTN tahun ini ada sekitar 100 ribu, tentu hal tersebut menunjukkan persaingan yang cukup tinggi.
"Ingat persaingannya sangat tinggi, jadi diperlukan kehati-hatian dan diperlukan banyak pertimbangan tertentu dalam memilih program studi. Kami juga berharap, kawan-kawan yang mengikuti SNMPTN ini benar-benar minat pada program studi tersebut," paparnya.
Nasih mengingatkan calon mahassiwa baru jangan asal memilih dan asal masuk. Sebab, jika sudah diterima SNMPTN, maka tidak ada kesempatan untuk bisa mendaftar Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK)-Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UTBK-SBMPTN).
Nasih meminta seluruh guru dan siswa pendaftar untuk memperhatikan proses jadwal yang sudah ditentukan. Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UNAIR itu juga mengimbau agar pendaftar tidak melakukan proses diakhir waktu pendaftaran. Selain itu, dalam memilih program studi, sekali lagi diperlukan diskusi dan pertimbangan yang matang antara siswa dengan guru dan orang tua.
"Kami tidak henti-henti mengingatkan agar bisa menghindari proses pendaftaran di waktu-waktu akhir. Selain itu, sekali lagi dalam memilih program studi harap didiskusikan dengan baik antara siswa, guru, dan orang tua. Karena prodi ini nanti akan menentukan proses belajar selama empat tahun dan karir ke depannya," jelasnya.
Perihal SBMPTN, Nasih menjelaskan ada dua materi yang diujikan tahun ini, yaitu Tes Potensi Akademik (TPA) dan Tes Potensi Skolastik (TPS). Untuk TPS, kisi-kisi yang diujikan adalah mengukur kemampuan kognitif yang terdiri dari kemampuan penalaran umum, kemampuan kuantitatif, pengetahuan dan pemahaman umum, dan kemampuan memahami bacaan dan menulis.
"TPS ini baik Soshum dan Saintek sama," ujarnya.
Baca: Daftar SNMPTN, Unpad: Jangan 'Tertipu' Jumlah Peminat Tahun Lalu
Kemudian, untuk TPA, jelasnya, akan mengukur kemampuan peserta dalam pemahaman pengetahuan dan keilmuan yang diajarkan di sekolah dan diperlukan untuk seseorang dapat berhasil dalam menempuh pendidikan tinggi. TKA juga mengukur kemampuan kognitif yang terkait langsung dengan konten matapelajaran yang dipelajari di sekolah.
"Penekanan tes adalah pada Higher Order Thinking Skills (HOTS)," tegas Nasih.
Selanjutnya, dalam proses pendaftaran UTBK di tengah pandemi, Nasih mengingatkan agar peserta melakukan pembayaran pendaftaran secara online. Ia berharap, agar semua peserta tetap jaga kesehatan dan ikuti protokol kesehatan yang berlaku.
"Kami berharap dalam pelaksanaan UTBK nanti Covid-19 bisa terkendali. Jika ke depan ada proses vaksinasi yang sudah melibatkan siswa, semua siswa bisa mengikutinya," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News