Pemagnetisasi air. DOK UGM
Pemagnetisasi air. DOK UGM

Tingkatkan Kualitas Sistem Irigasi di Perkebunan, Mahasiswa UGM Kembangkan Pemagnetisasi Air

Renatha Swasty • 06 September 2022 11:14
Jakarta: Sebanyak lima mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) yang tergabung dalam tim Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Penerapan IPTEK (PKM-PI) menerapkan teknologi pemagnetisasi air atau magnetized water device pada salah satu agrowisata di Kabupaten Bantul, Jogja Anggur. Teknologi pemagnetisasi air yang telah banyak dikembangkan di berbagai negara ini dapat meningkatkan kualitas sistem irigasi di perkebunan.
 
“Teknologi ini banyak dikembangkan di luar negeri dan berhasil meningkatkan kualitas tanaman perkebunan, sayangnya di Indonesia sendiri masih sangat awam dalam penerapannya,” ujar salah satu anggota tim, Maulana Istar, dikutip dari laman ugm.ac.id, Selasa, 6 September 2022.
 
Tim PKM beranggotakan empat mahasiswa Fakultas Teknik, yaitu Maulana, Aristo Bima, Petrus Kurniawan Kleden, dan Muhammad Naufal Rozaan, serta satu mahasiswa Fakultas Pertanian, Hanin Aulia Rahma. Kelompok mahasiswa yang dibimbing oleh Nur Abdillah Siddiq ini menjadi salah satu tim PKM UGM yang menerima pendanaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek).

Maulana menjelaskan dengan penggunaan alat ini, molekul air menjadi lebih halus dan terstruktur sehingga dapat pH tanah dan mempercepat penyerapan air oleh akar. Pertumbuhan tanaman menjadi lebih cepat baik dari segi batang, akar, daun, bunga, maupun buah, dan tanaman menjadi lebih resistan terhadap patogen seperti powdery mildew dan hama trips.
 
Dia menuturkan meski teknologi ini bukan hal baru, dalam hal ini timnya melakukan berbagai pengembangan sesuai dengan kebutuhan mitra. Kebaruan dari pemagnetisasi air yang mereka rancang adalah integrasi dengan sistem pendingin temperatur air dan sistem elektronis sebagai sumber energi untuk pengoperasian peralatan dari panel surya.
 
“Alat ini sebenarnya sudah ada, kami rancang lebih lanjut untuk inovasi dengan sistem pendingin dan elektroniknya. Hal ini disesuaikan juga dengan kebutuhan mitra dari Jogja Anggur,” kata Maulana.
 
Pimpinan Agrowisata Jogja Anggur, Danang, mengungkapkan hama trips dan powdery mildew memang menjadi persoalan yang banyak ditemukan di kebun. Selain itu, ada beberapa kendala yang juga kerap terjadi terkait penyiraman tanaman.
 
“Terkadang ada pemadaman dadakan sehingga kami tidak dapat menyiram tanaman,” ujar Danang.
 
Danang berharap penerapan teknologi pemagnetisasi air ini mampu memecahkan permasalahan di mitra. Dari hasil pemantauan sementara, penyiraman tanaman menggunakan teknologi ini berhasil mempercepat pertumbuhan tanaman dibanding penyiraman dengan air biasa. Kecepatan ini dilihat dari jumlah daun dan tinggi batang pada bibit tanaman anggur.
 
Dengan perbaikan kualitas tanaman, harapannya teknologi ini dapat meningkatkan profit yang didapatkan oleh mitra di waktu mendatang.
 
“Teknologi ini dapat meningkatkan kualitas tanaman sehingga dapat meningkatkan produktivitasnya,” tutur Petrus.
 
Baca juga: Mahasiswa UGM Teliti Arat Sabulungan, Kearifan Lokal Masyarakat Mentawai untuk Pembangunan Berkelanjutan

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan