Kepala Badan Standar Kurikulum dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Kemendikbudristek, Anindito Aditomo. Medcom.id/Ilham Pratama Putra
Kepala Badan Standar Kurikulum dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Kemendikbudristek, Anindito Aditomo. Medcom.id/Ilham Pratama Putra

Kampus Tak Bisa Langsung Terima Lulusan SMA Indonesia, Kemendikbudristek Rancang Tes Seleksi Terstandar

Ilham Pratama Putra • 26 September 2024 11:17
Jakarta: Sejumlah kampus di luar negeri tak bisa langsung menerima lulusan SMA dari Indonesia karena ada perbedaan standar atau tes tersendiri. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) tengah merancang dan melengkapi tes seleksi yang akan diterapkan untuk murid kelas 12 untuk mengatasi hal itu.
 
"Saat ini kami terus melengkapi tes seleksi untuk murid kelas 12," kata Kepala Badan Standar Kurikulum dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Kemendikbudristek, Anindito Aditomo, kepada Medcom.id, Kamis, 26 September 2024.
 
Sehingga, bila ada perguruan tinggi luar negeri yang memerlukan hasil tes terstandar, dapat diperoleh dari tes yang diselenggarakan untuk keperluan seleksi di Indonesia. Nino mengungkapkan pihaknya tengah merancang tes terstandar itu.

"Tes terstandarnya bisa menggunakan UTBK dari Indonesia atau SAT dari Amerika dan lain-lain, tergantung kebijakan setiap universitas (di luar negeri)," ungkap dia.
 
Pihaknya juga terus melakukan sosialisasi pada perguruan tinggi luar negeri melalui Atase Pendidikan terkait Kurikulum Merdeka yang salah satunya menghapus Ujian Nasional (UN). Namun, standar pendidikannya tetap sama.
 
Salah satu kampus yang tak bisa langsung menerima lulusan SMA asal Indonesia adalah University of Twente, Belanda. Dalam laman admisi kampus utwente.nl, dituliskan sejak 2020, Surat Keterangan Hasil Ujian Nasional tidak ada lagi.
 
Sehingga, siswa yang lulus sejak tahun 2020 dengan ijazah pendidikan menengah dari Indonesia tidak dapat diterima secara langsung karena jenjangnya tidak setara dengan pendidikan pra-universitas Belanda (disebut 'VWO' dalam bahasa Belanda). Nino menyebut University of Twente belum tersosialisasi perihal Kurikulum Merdeka.
 
"Perlu komunikasi dan penjelasan ke masing-masing universitas," kata dia.
 
Ia meyakini ketika University of Twente atau kampus lainnya di luar negeri memahami Kurikulum Merdeka, akan menganggap lulusan Indonesia tak perlu penyetaraan. Nino yakin standar kurikulum Indonesia akan setara dengan sejumlah negara.
 
"Standar kurikulummya bakal setara. Tapi pencapaian tiap murid kan bervariasi. Karena itu tiap universitas punya kebijakan sendiri, batas nilai berapa yang diterima dan apakah perlu dilengkapi hasil tes terstandar," jelas Nino.
 
Baca juga: UN Dihapus Bikin Kampus di Belanda Tak Langsung Terima Lulusa SMA, Kemendikbudristek: Perlu Komunikasi 

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan