Saquib merupakan mahasiswa internasional dari India. Dia mengaku memilih ITB sebagai kampus tempat menempuh studi doktoral karena kiprah ITB dalam bidang sains dan teknologi yang cukup terkemuka, tidak hanya di indonesia, namun juga Asia.
Dia tertarik dengan komitmen ITB terhadap keberlanjutan dan inovasi yang sejalan dengan tujuannya dalam mengembangkan solusi nyata berdampak bagi sistem air lebih bersih dan pengelolaan limbah. Hal ini menjadikan ITB tempat idealmendalami teknologi pengolahan air limbah, bidang yang memang diminatinya.
Saquib memiliki latar belakang S1 dan S2 di bidang ilmu lingkungan yang memberinya dasar kuat dalam keberlanjutan, kesehatan lingkungan, serta keselamatan. Namun, untuk menyelami bidang ini lebih dalam, dia menyadari prinsip-prinsip teknik, terutama dalam teknik kimia memungkinkannya merancang solusi lebih efektif dan berskala besar untuk pengendalian polusi dan pengolahan air.
Selama masa studi, dia banyak dibantu dosen pembimbing Prof. Ir. Tjandra Setiadi, M.Eng. Ph.D. Dia mengaku Tjanda senantiasa mempercayainya dan memberinya kesempatan untuk terus belajar.
Selain berpengetahuan luas, kata dia, para dosen di ITB sangat suportif. Mereka memiliki keahlian di dunia akademik maupun industri sehingga membuat pengalaman belajar menjadi relevan dan dapat diterapkan.
"Komitmen mereka untuk membimbing, baik itu dengan memberikan feedback yang membangun, menyarankan arah penelitian baru, atau menghubungkan mahasiswa dengan para profesional industri sangatlah penting bagi perjalanan doktoral saya,” ujar Saquib dikutip dari laman itb.ac.id, Senin, 11 November 2024.
Penelitian doktoral Saquib berfokus pada pengembangan teknologi inovatif untuk pengolahan air limbah tekstil. Hal ini bertujuan menciptakan metode lebih berkelanjutan dan efisien untuk mengatasi polusi dan meningkatkan kualitas air.
Penelitiannya menggunakan bioreaktor membran anaerobik terintegrasi sistem spons gantung aliran bawah yang hemat biaya untuk pengolahan air limbah yang lebih baik dan pengendalian polutan selama periode operasi berkelanjutan.
“Kampus ini memupuk lingkungan yang inovatif dan penuh ketelitian. Mahasiswa didorong untuk melampaui batas pengetahuan mereka dan berpikir kreatif untuk mencari solusi atas berbagai permasalahan yang ada di masyarakat,” beber dia.
Selama kuliah di ITB, Saquib mengaku sempat terkendala bahasa. Namun, seiring berjalannya waktu dia mulai dapat beradaptasi. Saquib mengambil kelas bahasa agar dapat lebih terhubung dan terlibat dalam komunitas akademik di kampus. Dia juga dibantu oleh mentor dan co-worker di laboratorium yang sangat suportif.
Tantangan lainnya, manajemen waktu selama proses riset karena penelitian yang dijalankannya sangat terkait dengan eksperimen skala besar dan dibutuhkan analisis data mendetail. Saquib juga terlibat dalam kolaborasi riset internasional sehingga harus banyak beradaptasi saat harus berkoordinasi dengan anggota tim yang berbeda zona waktu.
Dia mengungapkan hal paling berkesan di ITB adalah saat hari pertama kuliah. Saquib merasa disambut dengan sangat hangat oleh pembimbing, mentor, dan anggota laboratorium.
Tak kalah menarik, Saquib diberikan kesempatan maju sebagai perwakilan wisudawan yang menyampaikan kesan pesannya. Dia juga memimpin Salam Ganesha pada sesi Wisuda Pertama
ITB 2024/2025, Sabtu, 26 Oktober 2024. Saquib sangat berterima kasih akan hal itu.
Ke depan, Syed Saquib berencana memperluas pengetahuannya, terutama dalam industri pengolahan air limbah di dunia nyata dan dalam operasi skala besar. Pada jangka panjang, dia ingin menjadi akademisi berbasis riset dalam level global yang dapat menghubungkan dunia akademisi dengan industri.
“Saya berencana untuk tinggal di luar negeri untuk sementara waktu. Namun, saya juga bersemangat untuk menerapkan pengetahuan saya guna meningkatkan praktik lingkungan di India,” ucap dua.
Baca juga: Cerita Zaky, Penerima Beasiswa KIP-K Lulus dengan IPK 3,99 dari Teknik Metalurgi ITB |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News