“LapakIn ini merupakan platform yang menghubungkan antara pemilik lapak dengan dengan orang yang baru memulai bisnis atau yang sedang ekspansi bisnis,” jelas Haoking dikutip dari laman itb.ac.id, Selasa, 14 Mei 2024.
Haoking bersama lima orang lainnya adalah lulusan program Bangkit Academy 2023 yang merupakan studi independen Kampus Merdeka. Selama masa belajar, mereka diberikan materi tentang machine learning, cloud computing, dan mobile development.
Kemudian di akhir periode, Haoking terlibat dalam Capstone Project yang mendapat pendanaan inkubasi dari Bangkit Academy sebagai cikal bakal lahirnya LapakIn. Capstone Project ini bertujuan mengimplementasikan ilmu dan keterampilan yang telah didapat untuk memecahkan permasalahan di masyarakat.
Dari belasan tema yang diajukan, Haoking dan tim memilih tema UMKM karena potensinya sangat besar dalam mendukung perekonomian Indonesia serta trennya terus naik. Meskipun demikian, mereka menemukan celah masih banyak orang yang bingung dalam memulai bisnis UMKM.
Salah satu permasalahan yang paling mendasar terkait penyediaan tempat untuk usaha mereka. Sebab,
pencarian lapak manual memakan banyak waktu.
"LapakIn bisa menyederhanakan dan mempermudah proses itu dengan menggunakan machine learning. Jadi, LapakIn akan mengumpulkan data-data dari pelaku UMKM dan pemilik lapak, lalu LapakIn akan menjembatani interaksi mereka berdasarkan kecocokan satu sama lain,” papar Haoking.
Pengembangan LapakIn juga turut memperhatikan benchmark dari berbagai aplikasi mobile dan platform yang telah ada sebelumnya, seperti Mamikos, OLX, Shopee, Gojek, Tokopedia, dan Rukita. Dari berbagai aplikasi tersebut, LapakIn mengadopsi desain sistem yang paling cocok mulai dari metode login, tampilan antarmuka pengguna, fitur pembayaran, dan lain-lain.
Haoking menyebut beberapa fitur LapakIn belum maksimal karena masih akan terus dikembangkan bertahap. Pengembangan terutama terkait penyesuaian tampilan antarmuka untuk pemilik lapak dan pelaku UMKM serta pengadaan fitur pembayaran di dalam aplikasi.
“Kita fokus pada perkenalan aplikasi dulu. Nanti kalau sudah berkembang, rencananya akan fokus ke fitur pembayaran, supaya transaksinya cukup di satu aplikasi saja,” tutur Haoking.
Dia mengungkapkan salah satu tantangan terbesar mengembangkan adalah ketersediaan data yang minim. Data tersebut penting sebagai dasar dalam merekomendasikan lokasi yang cocok untuk suatu jenis usaha.
Minimnya ketersediaan data menyebabkan kategorisasi jenis usaha pada lapak menjadi terbatas. Hingga saat ini, baru ada dua kategori lapak yang dapat diakomodasi di dalam aplikasi, yaitu lapak untuk pakaian dan lapak makanan minuman (FnB).
Ke depan, Haoking berencana mengembangkan LapakIn agar lebih optimal dalam mendukung pelaku UMKM dan membawa kebermanfaatan bagi masyarakat luas.
Baca juga: Kenalan dengan Nila Armelia Windasari, Dosen ITB yang Raih Ph.D. di Usia 27 Tahun |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News