Dosen SBM ITB Nila Armelia Windasari. DOK ITB
Dosen SBM ITB Nila Armelia Windasari. DOK ITB

Kenalan dengan Nila Armelia Windasari, Dosen ITB yang Raih Ph.D. di Usia 27 Tahun

Renatha Swasty • 03 Mei 2024 11:07
Jakarta: Nila Armelia Windasari sudah menyukai mengajar sejak lama. Apalagi, kedua orang tua, kakek, dan mertuanya adalah guru.
 
Kini Nila mengabdi sebagai dosen di Sekolah Bisnis dan Manajemen (SBM), Institut Teknologi Bandung (ITB). Saat masih SMA, dia mengikuti program akselerasi dan menyelesaikan gelar Sarjananya dalam tujuh semester di Universitas Airlangga.
 
Dia lalu melanjutkan studi dan meraih gelar Master dalam tiga semester di Asia University, Taiwan. Adapun, studi S3-nya dia jalani di National Tsing Hua University, Hsinchua, Taiwan dan meraih gelar Doctor of Philosophy (Ph.D.) saat berusia 27 tahun.

Nila mengaku sangat nyaman ketika menjadi dosen. Hal yang paling ia sukai saat menjalani profesi tersebut adalah belajar dari mahasiswa.
 
"Terutama ketika di SBM dan di level postgraduate, dari diskusi di kelas, saya belajar sesuatu dari mereka, dari pengalaman dan praktik mereka yang tentu industrinya bervariasi. Dan ketika bisa membantu mereka untuk belajar lebih dalam, buat saya itu rewarding," kata Nila dikutip dari laman itb.ac.id, Jumat, 3 Mei 2024.
 
Sebelum mengajar di SBM ITB sejak 2018, Nila menjadi dosen selama empat tahun di Universitas Terbuka, Taiwan. Dia sudah membimbing ratusan mahasiswa.
 
Bahkan, Nila mengingat tesis setiap mahasiswa yang dibimbingnya. Sebab, dia memiliki prinsip tidak hanya ingin mahasiswa sekadar lulus, tetapi tercipta solusi untuk masalah dalam topik yang dibahas.
 
"Tesis di MBA itu problem solving yang riil, bukan hanya hypothetical. Itu permasalahan yang riil dari perusahaan yang mereka bawa. Penting bagi mereka untuk betul-betul bukan hanya selesai tapi masalahnya solved," tutur dia.
 
Sehingga, tidak jarang revisi dilakukan berkali-kali. Nila menilai hal itu bukan hal jelek.
 
"Itu menunjukkan kompleksitas permasalah yang dibawa mahasiswa. Ketika dia berhasil memecahkan, itu adalah achievement buat dia, bukan hanya untuk saya. Jadi, tidak hanya sebuah pertanda bahwa tugas akhir itu diselesaikan, tapi bahwa permasalah riil itu bisa dia selesaikan dan bisa diaplikasikan, buat saya itu penting," kata dia.
 
Nila mengungkapkan dalam proses bimbingan, selain bertemu langsung, salah satu bentuk komunikasi dengan thread email. Thread tersebut khusus membicarakan topik skripsi, tesis, maupun disertasi.
 
Hal ini karena tesis merupakan produk tertulis dan agar ada riwayat bimbingan. Dia responsif untuk menanggapi hal tersebut.
 
"Semuanya via email dan via pertemuan. Tapi saya juga yakinkan bahwa saya menjawab email itu sama cepatnya dengan saya membalas WhatsApp," ujar dosen yang hobi menonton film dan baca buku ini.
 
Nila mengaku mendapatkan standar mengajar yang cukup menantang ketika menjadi bagian di SBM ITB. Misalnya, setiap tugas harus diberikan tanggapan.
 
Hal itu menjadi pegangannya untuk tidak boleh asal memberi tugas kemudian dibiarkan. Setiap tugas harus diberikan feedback.
 
"Termasuk ketika ujian, mana yang susah, dan lain-lain. Selain itu, kita harus available. Artinya tidak harus di depan mahasiswa, tapi mereka harus tahu bahwa selama mereka menjadi mahasiswa ITB, kapan pun mereka butuh saya mereka bisa hubungi saya," ujar dia.
 
Saat ini, Nila banyak membimbing mahasiswa magister dan sarjana. Dia juga tengah membimbing dua mahasiswa program doktor.
 
 "Menurut saya, tidak hanya saya, tapi semua pengajar pasti akan punya kepuasan tersendiri ketika apa yang diajarkan itu betul-betul bermanfaat. Kalau bahasa orang Islam itu berkah. Jadi, berkahnya itu panjang," kata dia.
 
Baca juga: Lulus Cum Laude Magister ITB 1,5 Tahun, dr. Tirta Spill Tipsnya

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan