Peneliti sekaligus dosen Unja Tedjo Sukmono. Medcom.id/Renatha Swasty
Peneliti sekaligus dosen Unja Tedjo Sukmono. Medcom.id/Renatha Swasty

Sungai Batanghari Tercemar, Peneliti Unja Dorong Lakukan Zonasi dan Pembatasan

Renatha Swasty • 04 Agustus 2023 09:32
Jambi: Sungai Batanghari yang melintas di Jambi kian mengkhawatirkan. Sungai semakin kotor dan tercemar akibat tekanan pada sungai makin besar.
 
Peneliti sekaligus dosen Universitas Jambi (Unja), Tedjo Sukmono, mengatakan masalah pada Sungai Batanghari hari ini karena sejumlah hal. Seperti mandi cuci kakus (MCK), penambangan emas tanpa izin (PETI), penambangan pasir, tongkang batu bara, hingga aktivitas manusia di sungai.
 
Dia mengatakan salah satu hal yang perlu menjadi perhatian ialah PETI. Sebab, hal ini dapat mencemarkan logam berat pada sungai.

“Kalau sudah tercemar, tercemar ada ringan, sedang, dan berat harus ada upaya untuk mengerem kalau enggak bisa dihabiskan, dikurangi,” kata Tedjo saat berbincang di Muaro Pijoan, Jambi, Kamis, 3 Agustus 2023.
 
Salah satu caranya ialah dengan zonasi. Tedjo menjelaskan zonasi artinya menempatkan pada wilayah-wilayah khusus.
 
“Misalkan dompeng (mesin pengeruk pasir) sudah tidak bisa dikendalikan lagi, perlu juga ditata, bagaimana sih bisa diambil (pasirnya) enggak menggangu pelayaran, enggak menggangu anak ikan, keramba. Kalau hari ini ada keramba, MCK kan gak ini (diatur) kan,” papar Tedjo.
 
Selain itu juga perlu menata PETI. Tedjo mengungkapkan selama dia mengikuti Ekspedisi Sungai Batanghari sebagai bagian dari Kenduri Swarnabhumi 2023, dia mencatat ada 1.000 MCK dan 500 PETI. Jumlah ini baru tercatat sebagian lantaran perjalanan belum selesai sampai hilir.
 
“Ya sebenarnya pengelolaan PETI ini. Tapi kalau kita tanya masyarakat belum lagi ada yang suka nyetrum ikan, suka ngebom,” beber ahli perikanan itu.
 
Tedjo mengatakan pencemaran pada sungai ini bisa berpengaruh pada ikan yang mencari makan di sungai. Apabila ikan tercemar, manusia yang memakannya juga bakal terkena penyakit.
 
Tak cuma itu, PDAM yang mengambil air dari sungai juga mesti ekstra dalam menyuling air. Apabila alat yang digunakan tidak bisa menyuling sungai yang tercemar parah, tentu air minum jadi tercemar.
 
“Saat sungai bermasalah karena keruh maka cost pengolahan tinggi akhirnya berdampak pada masyarakat pengguna kalau tidak mengolah dengan baik bisa tercemar,” papar Tedjo.
 
Dia menyambut baik usaha Desa Muaro Pijoan yang membuat lubuk larangan di Lubuk Guci Emas yang dialiri Sungai Pijoan, anak Sungai Batanghari. Lubuk larangan ini merupakan adat desa yang melarang orang untuk mengambil ikan di wilayah tertentu.
 
“Sehingga kita ngasih mereka (ikan) kemampuan untuk pulih. Sehingga, secara jumlah secara spesies bertambah,” tutur dia.
 
Tedjo menyebut upaya pelestarian sungai mesti dilakukan kolektif tak hanya pemerintah daerah tapi juga pemerintah pusat dan masyarakat sendiri. Dia berharap dengan acara Ekspedisi Sungai Batanghari 2023 bisa menggugah banyak pihak melihat kondisi terkini Sungai Batanghari dan mau sama-sama memperbaikinya.
 
“Sekarang kan no viral no justice siapa tahu dengan itu bisa viral,” tutur dia.
 
Baca juga: Lubuk Larangan, Upaya Desa Muaro Pijoan Lestarikan Budaya dan Lingkungan

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan