Dia memutuskan mengganti penanggalan tradisional Romawi yang telah diciptakan sejak abad ketujuh SM. Nama Januari diambil dari nama dewa dalam mitologi Romawi, yaitu Dewa Janus yang memiliki dua wajah yang menghadap ke depan dan belakang.
Penduduk Romawi meyakini Dewa Janus ialah dewa permulaan sekaligus dewa penjaga pintu masuk. Namun, dikutip dari laman Kelas Pintar, tidak semua negara di dunia merayakan tahun baru setiap 1 Januari lho.
Misalnya, penduduk Mesopotamia merayakan pergantian tahun saat matahari tepat berada di atas katulistiwa atau pada 20 Maret. Hingga kini, bangsa Persia masih merayakan tahun baru pada tanggal 20, 21, atau 22 Maret yang disebut Nowruz.
Nowruz merupakan tradisi 3.000 tahun yang unik dan tradisi festival tertua di dunia. Sejumlah negara yang merayakan Nowruz, yakni Iran, Afghanistan, Azerbaijan, Kazakhstan, Pakistan, Turki, dan Uzbekistan.
Negara lain yang merayakan tahun baru di luar 1 Januari ialah China. Negeri tirai bambu merayakan tahun baru saat matahari terbenam di bulan baru dalam tanda Aquarius (akhir Januari atau awal Februari).
Bagi orang Yahudi, tahun baru atau dikenal dengan sebutan Rosh Hashanah juga tidak jatuh pada 1 Januari, melainkan dapat jatuh kapan saja dari 6 September hingga 5 Oktober. Penetapan ini mengacu pada kalender Gregorian.
Dalam kalender Islam (Hijr), yang didasarkan pada 12 bulan lunar yang terdiri atas 29 atau 30 hari. Sehingga, tahun baru Islam bertahap mundur melalui kalender Gregorian yang lebih panjang.
Berbeda lagi dengan umat Hindu. Tahun baru Hindu dimulai pada hari setelah bulan baru pertama atau setelah ekuinoks musim semi.
Baca juga: Jangan Cuma Berakhir di Catatan, Ini 7 Tips Mewujudkan Resolusi Tahun Baru |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News