Ketua Pengabdian Masyarakat, Eko Budi Koendhori, memberikan sosialisasi soal resistensi antibiotik. DOK Unair
Ketua Pengabdian Masyarakat, Eko Budi Koendhori, memberikan sosialisasi soal resistensi antibiotik. DOK Unair

Jangan Asal Minum Obat, Waspadai Resistensi Antibiotik Saat Sakit

Renatha Swasty • 25 Oktober 2022 18:06
Jakarta: Antibiotik biasanya dikonsumsi untuk membunuh serangan bakteri dalam tubuh, misalnya, saat mengalami diare, seorang minum antibiotik. Namun, penggunaan yang salah bisa menyebabkan bakteri mengalami resisten.
 
Artinya, bakteri akan kebal dengan obat yang diberikan. Bakteri akan tetap hidup, berkembang biak, infeksi bakteri tidak terobati, hingga terburuk bisa membuat seorang meninggal dunia.
 
Penggunaan antibiotik secara benar sehingga tidak sampai membuat bakteri mengalami resisten saat ini terus digalakkan oleh dokter. Departemen Mikrobiologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (Unair) memberikan sosialisasi kepada siswa SMA IT Al Uswah.

“Harapannya, anak muda yang lebih akrab dengan social media, yang terbiasa dengan konten bisa menyebarkan informasi kesehatan ini kepada masyarakat secara luas dengan berbagai platform yang ada,” ujar Ketua Pengabdian Masyarakat, Eko Budi Koendhori, dikutip dari laman unair.ac.id, Selasa, 25 Oktober 2022.
 
Eko berharap edukasi dapat meluruskan beberapa praktik oleh masyarakat yang sebenarnya salah. Misalnya, minum antibiotik untuk mengobati penyakit yang disebabkan oleh virus.
 
Lalu, minum obat antibiotik tanpa konsultasi dengan dokter, mengonsumsi obat antibiotik tanpa dosis yang tepat, atau meminum obat antibiotik sisa. Eko menyebut hal-hal tersebut memicu seseorang mengalami resistensi antibiotik.
 
Siswa juga ditantang membuat konten edukasi yang kemudian dilombakan untuk menjadikan ajang sosialisasi itu semakin menarik. “Tentunya kami akan evaluasi apakah informasi yang dibagikan sesuai,” tutur dia.
 
Sosialisasi diisi dua dosen dari FK Unair, yakni Harry Paranthon yang juga staf Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba Kemenkes serta Firman Setiawan.
 
Staf Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba Kemenkes Harry Paranthon menjelaskan resistensi antimikroba tidak bisa dianggap remeh. Berdasarkan data pada 2019, kematian akibat resistensi antibiotik mencapai 3,5 juta dan 900 ribu kematian yang disebabkan penyakit yang berhubungan dengan resistensi antibiotik.
 
Dia mengatakan apabila pengendalian resistensi antibiotik tidak dianggap serius, per 2050, kematian akibat resistensi bisa mencapai 10 juta dengan memakan biaya kesehatan pemerintah Rp1.174.800 triliun. Harry mengatakan ada beberapa cara yang bisa dilakukan agar bisa mengendalikan resistensi antibiotik.
 
Salah satunya, tidak langsung meminum obat saat mengalami gejala sakit. Sebab, sejatinya gejala-gejala tersebut adalah mekanisme tubuh untuk melawan virus atau bakteri di tubuh.
 
Misalnya, batuk adalah mekanisme tubuh untuk mengeluarkan dahak dari saluran paru. Flu, merupakan mekanisme tubuh mengeluarkan lendir dari hidung. Diare, merupakan mekanisme tubuh mengeluarkan racun dan virus dari tubuh, serta demam merupakan cara tubuh meningkatkan antibodi dan imunitas dalam tubuh.
 
Baca juga: Dosen Unair Ungkap 3 Tahap Gangguan Kesehatan Akibat Etilen Glikol Penyebab Gagal Ginjal Akut    

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan