Isriadi mengingatkan, apapun kebijakan yang diambil pemerintah dan perguruan tinggi di tengah wabah korona jangan sampai menurunkan kualitas penelitian mahasiswa. Andai kampus memilih untuk meniadakan skripsi, maka penggantinya harus benar-benar relevan dan setara.
"(Meniadakan skripsi) bisa, sangat bisa. Namun, dipastikan untuk diganti dengan penelitian lain yang sejajar dengan skripsi," kata Israidi kepada Medcom.id, Jumat, 3 April 2020.
Israidi mengatakan, salah satu bentuk contoh yang bisa jadi pengganti skripsi adalah karya ilmiah. Toh, kata dia, konsep skripsi merupakan pengembangan dari penelitian ilmiah.
"Jadi sangat mungkin mahasiswa menuliskan analisis mereka sendiri dengan input dari jurnal ilmiah lainnya," ungkap Israidi.
Baca: Korona, Kemendikbud Membolehkan Skripsi Tanpa Riset Lapangan
Israidi mendorong kampus mencari alternatif pengganti skripsi, sekaligus mencegah kegiatan penelitian yang bersifat turun ke lapangan. Dia berharap setiap kampus bisa memahami kondisi mahasiswa.
"Itu kan harusnya dimudahkan. Kan model-model skripsi tiap universitas menganut konsep yang beda-beda. Menurut saya pribadi, kalau sudah ada dua jurnal yang terstandar nasional sebagai penelitian terdahulu sebagai acuan dan dikembangkan itu bisa dikatakan penelitian yang valid," jelas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News