Ilustrasi/Medcom.id
Ilustrasi/Medcom.id

Epidemiolog: Kantin Tutup Saat PTM 100%, Tapi Ngabuburit Perlu Diwaspadai

Antara • 04 April 2022 21:57
Jakarta:  Pakar epidemiologi dari Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman menilai kebijakan untuk menutup kantin sekolah saat pelaksanaan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) 100 persen adalah keputusan tepat.  Namun tetap harus diantisipasi kemungkinan siswa jajan di luar sekolah, juga ngabuburit saat Ramadan yang justru lebih berbahaya.
 
Dicky menyebutkan, jajan di luar sekolah bagi siswa akan lebih berisiko tertular covid-19 karena lebih sulit diterapkan protokol kesehatan (prokes).  "Kalau di kantin semuanya sudah divaksin itu jauh lebih aman, kantin yang letaknya di dalam sekolah kan bisa menerapkan protokol kesehatan, justru yang di luar sekolah itu lebih sulit," kata Dicky, Senin, 4 April 2022.
 
Karena itu, menurut Dicky, tidak ada jaminan bahwa dengan kantin yang tidak buka menjadi lebih sedikit interaksi karena jajanan di luar sekolah itu lebih banyak.  "Jadi lebih banyak godaan dan tempatnya di luar," katanya.

Belum lagi, kata Dicky, dengan adanya fenomena "ngabuburit" saat Ramadhan yang ditambah dengan pelonggaran-pelonggaran terkait PPKM akan menambah besar kemungkinan interaksi yang terjadi.  "Bicara potensi penyebaran, sebetulnya 'ngabuburit' itu orang bukan makan minum, yang terjadi orang banyak yang jalan berkerumun, yang tidak boleh itu kan berkerumunnya," kata dia.
 
Karena itu, menurut Dicky, harus ada pengaturan soal 'ngabuburit' atau buka bersama itu seperti dilakukan di tempat yang luas atau luar ruangan. "Orang jalan silakan, tetapi yang dikurangi adalah aktivitas terlokalisir itu," katanya.
 
Artinya yang harus dibiasakan adalah tetap memakai masker dan ini menjadi hal yang sangat penting. Misalnya, ketika beli takjil, penjual berisiko lebih besar menularkan ketika tidak menerapkan protokol kesehatan.
 
Apalagi jika belum divaksin. "Karenanya minimal dosis dua vaksin sudah harus didapatkan," katanya.
 
Meski demikian, Dicky mengakui dalam masa Ramadan dan Idul Fitri ini peningkatan kasus covid-19 akan sulit untuk dihindari karena berbagai faktor yang ada.  "Tapi mudah-mudahan tidak sebesar Lebaran sebelumnya karena orang yang divaksin jauh lebih banyak, ini pun dengan catatan tidak adanya varian baru yang bisa memperburuk," katanya.
 
Baca juga:  Epidemiolog: PTM 100% Bukan Berarti Kapasitas Satu Kelas Penuh
 
Saat ini yang dikhawatirkan hanya satu varian COVID-19, yakni BA2. BA2 ini cukup rawan terutama untuk lansia, komorbid dan immunocompromise yang menurun atau belum mendapatkan 'booster' atau bahkan belum vaksinasi dosis kedua," katanya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(CEU)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan