Di Indonesia, beberapa tokoh nasional yang menempuh pendidikan pesantren telah membuktikan hal ini.
Presiden ke-4 RI KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dan mantan Wakil Presiden KH Ma’ruf Amin adalah contoh nyata pendidikan pesantren bisa membentuk pemimpin bangsa yang berintegritas dan berdedikasi tinggi. Yuk simak profil Gus Dur dan Ma'ruf Amin berikut ini:
KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur)
Dilansir dari buku GUS DUR: Multikulturalisme & Pendidikan Islam, Gus Dur lahir pada 7 September 1940 di Denanyar, Jombang, Jawa Timur, sebagai anak pertama dari enam bersaudara pasangan KH. Wahid Hasyim dan Nyai Solichah.Ia tumbuh di lingkungan pesantren yang disiplin, termasuk di pesantren Tebuireng milik kakeknya KH. Hasyim Asy’ari dan pesantren Denanyar milik Kiai Bisri Syansuri. Sejak usia empat tahun, ia telah bisa membaca Al-Qur’an dengan tajwid dan mulai mempelajari kitab kuning berbahasa Arab.
Pendidikan Gus Dur berlanjut di Yogyakarta dan pesantren Tegalrejo, Magelang, di bawah bimbingan Kiai Chudhari Ichsan, seorang guru yang dikenal humanis dan saleh. Di sana, Gus Dur memperdalam pengalaman spiritualnya melalui zikir, mujahadah, membaca hidzib, serta melakukan ziarah ke makam para wali.
Aktivitas ini tidak hanya bersifat ritual, tetapi juga menjadi bagian dari pembelajaran batin yang membentuk keteguhan, kebijaksanaan, dan kesiapannya menghadapi tantangan sosial di kemudian hari.
Dengan latar belakang pesantren yang kuat, Gus Dur berkembang menjadi pemimpin berwawasan luas, ulama yang bijak, dan tokoh yang berkontribusi besar bagi pembangunan moral, intelektual, dan sosial bangsa Indonesia.
KH Ma'ruf Amin
Dikutip dari presidenri.go.id, KH Ma'ruf Amin lahir di Kresek, Tangerang, pada 11 Maret 1943. Ia merupakan anak kedelapan dari pasangan Mohammad Amin, seorang ulama terkemuka di wilayah Barat Tangerang, dan Maimoenah.Sejak kecil, Ma’ruf telah menempuh pendidikan formal dan non-formal berbasis agama. Lulus di Pesantren Citangkil pada usia 12 tahun, Ma’ruf merantau ke Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur, seperti tradisi anak-anak di kampungnya yang banyak melanjutkan pendidikan ke pesantren di Jawa Timur, sebagian ke Tebuireng dan sebagian ke Pondok Modern Darussalam Gontor.
Setelah menamatkan Tebuireng, Ma’ruf sempat belajar di SMA Muhammadiyah di Jakarta untuk memperluas pengetahuan umum, meski tidak diselesaikannya. Ia kemudian kembali mondok di beberapa pesantren di Banten dalam waktu singkat, antara lain Pesantren Caringin, Pesantren Petir, dan Pesantren Pelamunan, Serang, dikutip dari wapresri.go.id.
Kisah hidup Gus Dur dan KH Ma'ruf Amin menunjukkan pendidikan pesantren tidak hanya membentuk keilmuan agama, tetapi juga karakter, kepemimpinan, dan wawasan luas yang mampu membawa lulusan berkontribusi signifikan bagi bangsa.
Dengan bekal ilmu, pengalaman, dan nilai-nilai luhur yang ditanamkan sejak dini, para alumni pesantren memiliki peluang besar menjadi pemimpin dan agen perubahan di berbagai bidang.
(Syifa Putri Aulia)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id