Bagus mengatakan, UKT adalah komponen penting dalam keuangan sebuah perguruan tinggi, namun bukan satu-satunya yang menentukan kualitasnya. "UKT bukanlah satu satunya variabel penentu kualitas sebuah universitas," jelas Bagus Muljadi kepada Medcom.id, Rabu 22 Mei 2024.
Kalau memang kualitas dilihat dari UKT, menurutnya sudah banyak kampus di Indonesia yang memiliki kualitas sepadan di luar negeri. Perguruan tinggi seperti ITB, dan UGM memiliki performa yang baik (relatif terhadap universitas di UK dan US dengan ranking yang sepadan), bahkan di tengah keterbatasan sumberayanya.
"Kalau hanya dilihat dari UKT, maka universitas-universitas seperti ITB, dan UGM memiliki performa yang baik atau relatif sama terhadap universitas di UK dan US dengan ranking yang sepadan bahkan di tengah keterbatasan sumber dayanya," ungkap dia.
Saat ini, kata dia, untuk dosen di Indonesia yang bergelar S3 saja masih minim. Jumlahnya tidak sampai 15 persen.
"Indonesia tetap memiliki PR di bidang pendidikan yaitu kurang dari 15% jumlah dosen memiliki gelar S3, ada lebih dari 4.000 universitas atau 2 kali lebih banyak dari Tiongkok yang memiliki 4 kali lipat jumlah penduduk," tuturnya.
Sebelumnya, Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Tjitjik Sri Tjahjandarie, mengatakan, besaran Uang Kuliah Tunggal (UKT) juga tergantung pada kualitas perguruan tinggi negeri (PTN). Hal tersebut juga jadi indikator pemerintah menentukan Biaya Kuliah Tunggal (BKT) sebagai acuan kampus menentukan UKT.
"Perlu diingat bahwa masing-masing perguruan tinggi ini kan punya karakteristik. Kalau akreditasinya A, ya kan masa segitu? Kan pasti harus dia ada variable indeks kualitas melalui akreditasi dan ada variable indeks kemahalan," ujar Tjitjik di Gedung D Kemendikbudristek, Jakarta, Rabu 15 Mei 2024.
Dia menerangkan, jika ada penyamaan standar, maka PTN akan sulit bersaing secara internasional. Menurutnya, biaya UKT di Indonesia saat ini masih jauh lebih murah dibanding perguruan tinggi world class lainnya.
"Tapi protesnya itu karena dia memilih perguruan tinggi yang berkualitas. Kalau dia standarnya sama saja, enggak mungkin dia masuk di top 500 dunia," jelas dia.
Baca juga: Gibran Tanggapi Soal Kenaikan UKT |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News