Pendiri Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM), Muhammad Nur Rizal, menilai penurunan skor karena implementasi Kurikulum Merdeka tidak berjalan dengan baik. Padahal, gagasan di kurikulum tersebut seharusnya bisa meningkatkan kemampuan membaca, matematika, hingga sains siswa.
"(Kurikulum Merdeka) itu memberikan ruang buat anak menemukan dirinya sehingga dia bisa belajar sesuai minat dan kodratnya. Itu niat baik. Tapi di sini persoalannya implementasi," sebut Rizal kepada Medcom.id, Rabu, 6 Desember 2023.
Dosen Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM) itu menilai implementasi Kurikulum Merdeka tak berjalan baik karena koordinasi buruk di tingkat daerah. Sehingga, sekolah tak bisa menjalankan Kurikulum Merdeka dengan maksimal.
"Jadi, koordinasi antara pemerintah pusat dan daerah ini tampaknya masih tersendat. Sehingga pemahaman konsep kurikulum dengan birokrasi di daerah itu juga tidak sama yang akhirnya tidak bisa diterjemahkan sekolah, karena kan sekolah di bawah Pemda," sebut dia.
Rizal menuturkan ketika ada pemahaman yang tidak sama, guru dan kepala sekolah masih mempertahankan konsep, cara berpikir, dan perilaku mengajar yang lama. Akibatnya Kurikulum Merdeka tidak berdampak bagi pengembangan pelajar.
"Akibatnya kurikulum baru itu tidak berdampak signifikan dalam proses belajar murid. Dan termasuk gurunya, tidak benar-benar merdeka," ujar dia.
Baca juga: Alasan Penurunan Skor PISA Karena Pandemi Covid-19 Tak Bisa Dimaklumi |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News