Ilustrasi. Foto: MI/Gino Hadi
Ilustrasi. Foto: MI/Gino Hadi

Pengamat: Kurva Perkembangan Pendidikan di Indonesia Abnormal

Ilham Pratama Putra • 21 Juli 2020 19:32
Jakarta: Direktur Pendidikan Vox Populi Institute Indonesia, Indra Charismiadji menyebut ada keanehan dalam kurva perkembangan pendidikan di Indonesia. Utamanya di bidang literasi atau kemampuan membaca.
 
"Ini merupakan kajian dari Bank Dunia 2019, kurva pendidikan Indonesia terlihat abnormal jika dibandingkan dengan Vietnam dan negara Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) lainnya," kata Indra dalam Diskusi Daring, Selasa, 21 Juli 2020.
 
Indra menjelaskan, indikasi abnormal itu tampak pada minimnya anak yang memiliki kemampuan daripada yang tidak memiliki kemampuan literasi di Indonesia. Seharusnya kemampuan literasi di satu negara harus lebih besar dibandingkan yang tidak mampu.

"Saat anak lahir semuanya sama. Tapi kemudian persentase kemampuan membaca kita mengecil dari 55,4 persen menjadi 11,7 persen. Sedangkan Vietnam dari 13,4 persen jadi 35,2 persen," terang Indra.
 
Baca juga:  FSGI Berkukuh PPDB Zonasi Belum Siap Diterapkan Secara Nasional
 
Indra pun mempertanyakan, kenapa setelah memasuki usia sekolah kemampuan literasi anak Indonesia justru malah menurun. Hal ini, kata Indra, tentu menjadi keanehan dalam dunia pendidikan.
 
"Ini kesimpulannya, orang sekolah di Indonesia bukan pintar tapi malah enggak pintar. Apakah ini menyakitkan? Iya, tapi kita harus ubah," ungkap Indra.
 
Bagi Indra reformasi kualitas pendidikan bisa dimulai dari Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK).  "Pabrik" guru ini harus mulai menghasilkan guru yang berkualitas dan mampu menjawab tantangan peningkatan kualitas anak didik, utamanya bidang literasi.
 
"Jadi yang harus diperbaiki dulu ya LPTK-nya," tambah dia.
 
Kemampuan membaca atau literasi siswa Indonesia tidak berkembang salama 18 tahun. Hal ini ditunjukkan hasil survei Programme for International Student Assesment (PISA).
 
Pada tahun 2000 skor kompetensi siswa Indonesia berada pada angka 371, begitu pula pada tahun 2018. 
 
Menurut Wakil Sekretaris Jenderal Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI), Satriwan Salim, angka tersebut belum juga mengalami perbaikan jika tahun ini kembali dilakukan survei. Satriwan menyebut ada kekacauan dalam pengelolaan minat baca anak Indonesia.
 
"Tahun 2000 poin kita 371, sekarang juga sama. Berarti apa? tidak ada kemajuan selama 20 tahun. Kan kacau itu negara, 20 tahun tidak ada kemajuan dalam hal literasi," kata Satriwan kepada Medcom.id, Selasa 7 April 2020.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(CEU)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan