Hal ini bermula dari akun Twitter @berlianidris yang membagikan postingan yang diduga Budi Santosa Purwokartika.
"Bahaya banget ini, stigma SARA dilontarkan oleh seorang akademisi yang seharusnya bisa berpikir jernih," cuit dia pada Jumat, 29 April 2022.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Dalam postingan yang dikeluarkan oleh Budi Santosa Purwokartiko, ia mengungkapkan dirinya mewawancarai para mahasiswa yang akan berangkat ke luar negeri.
Bahaya banget ini, stigma SARA dilontarkan oleh seorang akademisi yang seharusnya bisa berpikir jernih.
— b i l i (@berlianidris) April 29, 2022
Apakah, misalnya, istri Wapres @Kiyai_MarufAmin yang menutup kepalanya juga manusia gurun? https://t.co/Tt7EpPwIW6 pic.twitter.com/JwuyPHaark
Budi Santosa Purwokartiko memuji kemampuan akademis maupun soft skills pada kandidat. Namun, pada bagian akhir, ia seakan memberi stigma yang sifatnya SARA.
"Jadi 12 mahasiswa yang saya wawancarai, tidak satu pun menutup kepala ala manusia gurun," ucap Budi Santosa Purwokartiko.
"Otaknya benar-benar open minded. Mereka mencari Tuhan ke negara-negara maju seperti Korea, Eropa barat, dan US, bukan ke negara yang orang-orangnya pandai bercerita tanpa karya teknologi," lanjut dia.
Tulisan itu menuai banyak komentar. Budi Santosa Purwokartiko dianggap menghakimi suatu golongan.
"Menyedihkan, berarti dia bisa prejudice kalo menghadapi siswa atau anak buah yang berjilbab. Aku nonmuslim yang view-nya condong liberal aja ga melihat perempuan berjilbab (termasuk bercadar) dengan stigma gitu. Kok bisa, sih, akademisi berpikir gitu?" ucap @sheknowsho***.
"Seorang guru besar seperti itu dengan mudah melecehkan perempuan yg berjilbab sebagai manusia gurun. Kita bisa bayangkan apa yg bisa keluar dari orang" dengan IQ jongkok yg berbaris dibelakangnya. Sad." kata @awem***.
Baca: Resmi! Jamaluddin Jompa Menjabat Sebagai Rektor Unhas Periode 2022-2026
"untuk ukuran selevel profesor membuat pernyataan seperti itu pastinya amat mengkhawatirkan. mungkin pemerintah harus lbh selektif dlm memilah2 calon pendidik," ucap @Bonda***.
"Tulisan Prof Budi Santosa Purwokartiko ini bisa masuk kategori "rasis" dan "xenophobic". Rasis: pembedaan berdasarkan ras (manusia gurun, Arab). Xenophobic: benci pada orang asing (manusia gurun). Saya kira beliau contoh korban "firehose of kadrunisasi". Jangan dicontoh ya," beber @ismailfa***.