Ilustrasi buku. Medcom
Ilustrasi buku. Medcom

Orang Madura Ada di Mana-Mana, Antropolog Unair Ungkap Alasannya

Renatha Swasty • 22 Maret 2024 15:42
Jakarta: Sobat Medcom mungkin pernah mendengar anggapan masyarakat Madura nampak di mana saja, seperti Jawa, Kalimantan, hingga Papua, bahkan penjuru dunia, seperti Arab Saudi, Turki, hingga Jepang. Antropolog Universitas Airlangga (Unair), Mohammad Adib, mengatakan faktor ekonomi menjadi pendorong utama masyarakat suku Madura merantau ke mana-mana.
 
“Bermigrasi dilakukan oleh suku bangsa mana pun, seperti contohnya masyarakat Minang yang mewajibkan laki-laki untuk merantau. Yang membedakan dengan suku Madura adalah mereka merantau karena mencari jalan hidup yang lebih sejahtera,” kata Adib dikutip dari laman unair.ac.id, Jumat, 22 Maret 2024.
 
Dia menjelaskan motivasi budaya merantau masyarakat suku Madura dengan suku Minang sangat berbeda. Masyarakat Minang menganut sistem matrilineal, adat yang mengatur alur keturunan berasal dari pihak ibu (tidak punya hak warisan).

Sehingga, laki-laki ‘kurang berarti’ jika tidak merantau. Sementara itu, motif utama masyarakat Madura merantau adalah faktor ekonomi.
 
Adib mengatakan Madura memiliki tanah yang tidak cocok atau tidak subur untuk menanam. Sehingga, masyarakat Madura harus mengakali perekonomian mereka, yakni dengan cara merantau ke daerah lain.
 
“Faktor ekologi seperti tanah yang tidak subur itulah yang memaksa mereka untuk merantau mencari mata pencaharian di daerah lain,” ujar dosen etnografi Madura itu.
 
Selanjutnya, kuantitas atau jumlah masyarakat suku Madura cukup banyak tidak sesuai dengan luas pulau Madura. Ada sekitar 7 juta jiwa masyarakat Madura per 2010, pulau Madura tak menampung populasi sebanyak itu, sehingga masyarakatnya harus pergi dari pulaunya.
 
“Tak serta-merta suku Madura saja yang merantau karena wilayah tak mencukupi. Ini juga berlaku bagi semua suku yang kuantitasnya banyak,” ujar dia.
 
Adib mengatakan mayoritas masyarakat suku Madura yang merantau ke daerah lain cenderung memilih sektor ekonomi informal dalam meraih kesejahteraan. Hal itu terjadi karena permasalahan tingkat pendidikan.
 
Masyarakat Madura, kata Adib, tidak memiliki tingkat pendidikan yang begitu tinggi. “Pendidikan masyarakat Madura itu terbatas, maka pekerjaan apa saja mereka lakukan. Terutama pekerjaan fisik seperti buruh pabrik. Yang juga ada demand-nya. Sejarahnya pada zaman Belanda, mereka (Madura) direkrut untuk kerja di pabrik gula,” ungkap dia.
 
Adib berpesan kepada masyarakat suku Madura untuk meningkatkan keterampilan agar tidak hanya bekerja sebagai pekerja fisik. Mengingat, ada lumayan banyak fasilitas yang telah disediakan negara.
 
“Maka, tingkatkan pendidikan karena sudah difasilitasi negara. Menyiapkan pendidikan di masa depan. Utamakan pendidikan, membongkar kultur informal. Merantaulah dengan skill, tidak hanya sebagai tenaga kasar,” tutur dia.
 
Baca juga: Patrol Sahur: Sejarah, Mitos, hingga Nilai yang Terkandung

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan