"Bahwa kepemimpinan daerah juga merupakan kepemimpinan budaya, yang mengakar pada kearifan lokal, tetapi tetap terbuka terhadap kemajuan," kata Fadli Zon dalam siaran pers, Rabu, 25 Juni 2025.
Menurutnya, kepala daerah tidak boleh hanya berfokus pada hal administratif dan teknokratis. Tetapi, juga berbasis nilai dan berwawasan budaya.
"Yakni pemimpin yang dapat menghidupkan budaya sebagai fondasi pembangunan, bukan sekadar hiasan semata," tutur dia.
Ia juga menekankan pemajuan kebudayaan bukan hanya tugas pemerintah pusat. Tapi, dapat dilakukan melalui kolaborasi semua pihak.
"Pemajuan kebudayaan bukan hanya pekerjaan pemerintah pusat, tapi merupakan kolaborasi, kerja sama, sinergi dari pusat, daerah, dan juga swasta, perorangan, dan kita semua,” ujar Fadli.
Fadli juga menyoroti pentingnya merawat keberagaman budaya. Hal itu penting sebagai kekuatan bangsa.
Ia menuturkan beberapa hari sebelumnya, dirinya menghadiri undangan Gubernur Bali, I Wayan Koster, untuk membuka Pesta Kesenian Bali. "Dari Pesta Kesenian Bali saja, kita bisa melihat keberagaman budaya yang hidup di setiap kabupaten, kota, bahkan di daerah-daerah kecil," ujar dia.
Dia menekankan kekayaan budaya serupa juga tersebar di seluruh penjuru Tanah Air. "Saya kira ini juga terjadi di daerah-daerah lain di Indonesia, dari Aceh sampai Papua. Di Aceh, Papua, Sumatra Utara, Kalimantan, Sulawesi—semuanya kaya akan budaya," kata dia.
Ia mengingatkan Indonesia adalah bangsa yang terdiri dari 1.340 kelompok etnis, belum termasuk sub-etnis, serta memiliki 718 bahasa. "Jumlah ini mewakili sekitar 10 persen dari seluruh bahasa yang ada di dunia," jelas dia.
Fadli menyatakan pentingnya penguatan peran museum di daerah. Ia berharap pemerintah daerah dapat memprioritaskan museum sebagai bagian penting dari pembangunan budaya.
"Kita harapkan juga bisa ada Dana Alokasi Khusus (DAK) untuk mendukung pengembangan museum. Tapi yang lebih penting, kami berharap Bapak dan Ibu kepala daerah dapat menempatkan museum di etalase depan, bukan menjadi etalase belakang," tegas dia.
Menurutnya, di negara-negara maju, museum justru menjadi etalase peradaban yang memperlihatkan kekayaan budaya lokal. "Museum harus dibuat semenarik mungkin. Kita juga melakukan pelatihan-pelatihan untuk edukator museum, kurator museum, dan preservator museum karena itu adalah kekayaan budaya yang ada di daerah,” kata dia.
Ia mendorong pembentukan Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) di setiap daerah, baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya. Fadli menekankan setiap daerah seharusnya sudah memiliki Tim Ahli Cagar Budaya.
"Saya melihat memang belum semua daerah ada TACB sehingga pencatatan terhadap cagar budayanya itu masih jarang. Yang paling banyak itu masih di daerah Jawa dan Sumatra,” beber Fadli.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id