Ilustrasi. Medcom.id
Ilustrasi. Medcom.id

Empat Rekomendasi Optimalkan Belajar Daring Saat Pandemi Covid-19

Citra Larasati • 21 April 2020 16:24
Jakarta:  Emergency Education Specialits dari UNICEF, Yusra Tebe memberikan empat saran untuk mendorong peningkatan aktivitas belajar dari rumah atau belajar daring di tengah pandemi virus korona (covid-19).  
 
Yusra menyebut, bahwa pendidikan merupakan salah satu sektor yang terdampak selama masa kedaruratan Pandemi covid-19.  Berdasarkan data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan per 16 April 2020, sedikitnya 68,7 juta pelajar terdampak akibat wabah virus korona.
 
“Faktanya hampir seluruh sekolah dan madrasah terdampak,” ujar Yusra saat menjadi pembicara dalam “WFH Covid-19 Webinar Series Unpad: Dampak COVID-19 Terhadap Dunia Pendidikan di Indonesia, dikutip dari laman Unpad, Selasa, 21 April 2020.

Untuk itu, kata Yusra, akademisi diharapkan dapat mengembangkan teknologi tepat guna untuk mendukung pembelajaran agar lebih efektif.  Kemudian, beragam materi pendidikan diharapkan dapat dikemas dan disampaikan secara menarik dengan memanfaatkan media sosial.
 
Sedangkan untuk wilayah yang belum terfasilitasi listrik dan internet, distribusi buku bacaan sangat dianjurkan untuk ditingkatkan. Namun, proses distribusi ini tetap harus sesuai dengan standar protokol pencegahan covid-19.
 
“Selain itu, selemah-lemahnya kontribusi kita adalah tidak menyebarkan informasi hoaks dan salah, sehingga tidak menyebabkan kepanikan. Tingkat share informasi yang positif,” kata Yusra. 
 
Baca juga:  Rosita, 'Kartini' bagi Siswa di Pelosok Garut
 
Yusra membeberkan, ada empat dampak yang mendera siswa akibat pandemi covid-19.  Faktor kerentanan kesehatan, pendidikan yang terputus, kurangnya hak bermain dan bersosialisasi, serta perubahan siklus sosial anak.
 
“Anak-anak mulai kecanduan gawai karena banyak kegiatan atau tugas sekolah yang dilakukan lewat gawai, dan akhirnya dipakai kesempatan bermain. Orang tua pun akhirnya kewalahan,” kata Yusra.
 
Pemberlakuan metode belajar dari rumah sendiri dilanda sejumlah tantangan. Yusra menjelaskan, sebanyak 46 ribu lebih atau 18 persen dari total satuan pendidikan dasar dan menengah di Indonesia belum memiliki fasilitas akses internet.
 
Bahkan, 8.000 sekolah saat ini belum teraliri listrik.  Selain itu, belum terbiasanya siswa melakukan belajar daring atau belajar mandiri, terbatasnya jaringan dan kuota internet, minimnya fasilitas gawai, serta lingkungan belajar yang kurang kondusif juga menjadi tantangan pemberlakukan belajar dari rumah.
 
Konsultan pendidikan dalam situasi bencana ini mengutip hasil survei yang dilakukan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.  Salah satu hasilnya menyebut bahwa 49 persen anak berpendapat bahwa program belajar dari rumah membebani mereka.
 
Survei tersebut juga menjelaskan, 49 persen anak menjalankan aktivitas bermedia sosial selama belajar dari rumah. Hanya 22 persen dari responden yang mengerjakan tugas, 13 persen menjalankan hobi, serta 9 persen melakukan aktivitas olahraga.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(CEU)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan