Ilustrasi. DOK Pexel
Ilustrasi. DOK Pexel

Keterampilan dan Kualitas Manusia Tetap Berharga di Era AI

Renatha Swasty • 20 Juni 2025 15:34
Jakarta: Pada era kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) yang semakin canggih, AI terus memiliki potensi besar untuk merevolusi cara manusia bekerja, membuat tugas-tugas rutin menjadi lebih mudah dan biaya yang dikeluarkan menjadi relatif lebih murah. Namun, dampak negatif dari efisiensi ini juga tidak dapat dihindarkan. 
 
Peralihan teknologi membuat industri kehilangan keterampilan manusia yang membedakan satu individu dengan individu yang lain, kualitas manusia yang membuat orang lain terhubung dengan bisnis, dan cara manusia melakukan hal-hal. Padahal kualitas-kualitas manusia ini, sering kali menjadi inti produk bisnis dan ‘perekat’ yang membuat karyawan dan pelanggan tetap setia.
 
Karena itulah, semakin banyak perusahaan yang beralih prioritasnya pada keterampilan ketimbang kualifikasi tradisional. Menurut survei global oleh platform perekrutan Indeed, 67 persen pencari kerja dan 51 persen manajer perekrutan percaya keterampilan dan pengalaman langsung lebih penting ketimbang gelar atau jabatan. 

Perekrutan berbasis keterampilan memprioritaskan kualitas pribadi, seperti keterampilan komunikasi dan kemampuan membangun hubungan, dibandingkan apakah seseorang lulus dari universitas tertentu atau pengalaman kerja yang sangat spesifik. Misalnya, pengalaman sukarela yang relevan bisa lebih bernilai dibandingkan pengalaman formal di universitas.
 
Tentu saja, ada industri tertentu yang masih membutuhkan kualifikasi akademik. Namun, dalam ekonomi berbasis pengetahuan, kita membutuhkan individu yang menonjol dengan kualitas manusiawi.
 
Laporan Future of Work 2025 dari World Economic Forum menegaskan hal ini, selain keterampilan digital dan literasi data, berpikir kreatif, ketahanan, fleksibilitas, dan kelincahan semakin penting. Dalam praktiknya dari sudut pandang perekrutan, ini bisa berarti menghapus persyaratan gelar atau mengurangi jumlah tahun pengalaman yang diperlukan.
 
Baca juga: Tiga Karier yang Tidak Bisa Digantikan AI 

Mengapa hal ini penting? 
 
Meskipun AI dapat mengurangi biaya operasional, keterampilan dan kualitas manusia masih lebih berharga untuk jangka waktu panjang. Contohnya, dukungan pelanggan, peran yang semakin diambil alih oleh chatbot atau alat AI lainnya.
 
Meski bot dapat menangani pertanyaan dasar, pelanggan dengan masalah lebih kompleks akan selalu menghargai masukan manusia yang lebih bernuansa dan mampu berpikir kritis. Atau dalam industri kreatif, tim yang dapat menghasilkan sesuatu yang inovatif dan berbeda dari yang lain akan lebih menonjol dibandingkan dengan tim yang hanya mengandalkan alat AI generatif untuk menyusun proposal mereka.
 
Fokus pada perekrutan berbasis keterampilan akan lebih meningkat dibandingkan dengan kualifikasi. Kualifikasi memang memberikan tolok ukur untuk membandingkan individu. Namun, ada pendekatan lain dalam proses perekrutan yang dapat menilai pencapaian seseorang dengan cara berbeda.
 
Seperti halnya AI, kita tidak bisa hanya bergantung pada kualifikasi untuk menentukan jalan terbaik bagi bisnis. Ini tentang melihat individu secara menyeluruh, memahami ‘masalah’ yang ingin diselesaikan untuk pelanggan, dan mengidentifikasi berbagai kualitas yang membentuk tim efektif untuk mencapai target.
 
Mungkin mereka unggul dalam olahraga dan efektif dalam kerja tim, atau pengalaman dan perjalanan karier mereka menunjukkan mereka adalah pendukung klien yang andal, meski tidak memiliki tingkat kualifikasi yang sama dengan kandidat lain.
 
Pada akhirnya, pemimpin perlu membangun bisnis yang adaptif dan tangguh dalam pasar yang berubah dengan cepat. Meskipun alat AI dapat membantu karyawan mempercepat beberapa aspek pekerjaan mereka (seperti membuat rancangan awal atau berkomunikasi dalam bahasa lain), AI tidak dapat menggantikan individu yang mampu menciptakan kesan pertama yang menarik, memecahkan masalah dengan cara yang kreatif, atau berempati dengan orang lain.
 
Saat pasar berubah, manusia yang berpikir cepat dan penuh empati dapat beradaptasi dengan cepat, berkontribusi pada pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan dalam jangka panjang. (Alfi Loya Zirga
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan