“UM-PTKIN harus jadi ruang pembentukan karakter. Dunia kerja sekarang menuntut bukan hanya kepintaran, tapi juga kejujuran dan kesabaran,” ujar Nasaruddin dalam siaran pers, Jumat, 27 Juni 2025.
Ia menyoroti pentingnya efisiensi dan profesionalisme dalam sistem seleksi. Termasuk, perlunya pendekatan berbasis diplomasi dan integritas ketimbang sekadar formalitas birokrasi.
Nasaruddin mengatakan evaluasi menjukkan hasil positif, namun tetap mengingatkan agar semua pihak menjaga integritas dan tidak lengah terhadap potensi penyimpangan, sekecil apa pun. Ia mengajak seluruh elemen untuk terus menyempurnakan sistem agar semakin adaptif dan berorientasi pada mutu.
|
Baca juga: 83.235 Peserta Ikut Ujian SSE UM-PTKIN 2025
|
Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Amien Suyitno, menyampaikan proses UM-PTKIN 2025 berjalan baik meski menghadapi sejumlah tantangan teknis. Ia mengatakan sinergi lintas unit dan penguatan koordinasi menjadi kunci keberhasilan.
“Harapannya, model pelaksanaan seperti ini bisa jadi rujukan untuk seleksi tahun-tahun berikutnya,” ujar dia.
Suyitno juga menyampaikan partisipasi publik yang tinggi dan meningkatnya kepuasan terhadap layanan pendidikan Islam. Dia juga menyoroti pentingnya pengembangan ruang akademik yang ramah dan fungsional, serta pentingnya hasil riset pendidikan yang mendorong pendekatan lebih humanis.
Kementerian Agama juga tengah merancang penguatan jejaring alumni dan evaluasi kurikulum yang lebih efektif. Upaya ini menjadi bagian dari komitmen jangka panjang untuk menciptakan ekosistem pendidikan Islam yang inklusif, profesional, dan berdaya saing di tingkat nasional maupun global.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News