Mahasiswa baru UGM Refiqka Asmilla Rahma. DOK UGM
Mahasiswa baru UGM Refiqka Asmilla Rahma. DOK UGM

Fiqka Balas Bully dengan Prestasi, Diterima Kuliah Gratis di FKH UGM

Renatha Swasty • 29 Juli 2024 10:46
Jakarta: Refiqka Asmilla Rahma tak menyangka bisa lolos Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP) di Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada (UGM). Dia tak percaya meski sudah bolak balik buka pengumuman.
 
“Entah berapa kali buka tutup pengumuman. Berulang kali saya bertanya, benar ndak ini,” ucap Fiqka dikutip dari laman ugm.ac.id, Senin, 29 Juli 2024.
 
Awalnya, dia memilih Program Studi Kedokteran Hewan IPB University. Seiring berjalannya waktu, salah satu temannya menentukan pilihan yang sama.

Ia sempat dipanggil pihak sekolah untuk mengganti pilihan. Kebijakan SMA Negeri 1 Soralangun, Jambi berkeinginan mereka yang mendapat kuota SNBP memiliki peluang besar diterima di Perguruan Tinggi Negeri. Ia mengalah dan menuruti arahan pihak sekolah.
 
“Bingung waktu itu. Karena memang tidak mungkin dalam satu sekolah diperbolehkan memilih perguruan tinggi dan prodi yang sama,” beber dia.
 
Saat batas akhir pendaftaran semakin mepet, teman-temannya mendorong agar Fiqka memilih Fakultas Kedokteran Hewan UGM. Keraguan muncul. Fiqka lantas meminta pendapat ibunya, Wiwik Purwaningsih.
 
Tak kunjung bisa menentukan, ia teringat pesan ayahnya saat duduk di kelas XI 'koe ne wes lulus arep neng endi?' Ia mengaku selalu terngiang pertanyaan itu. Tak lama, sang paman yang juga adik kandung ibu di Klaten memintanya memilih UGM. Namun, dia masih ragu.
 
“Om tidak berani kayaknya, UGM itu terlalu tinggi,” ucap Fiqka memberi jawab.
 
Fiqka sangat bersyukur dikelilingi orang-orang yang peduli dan mencintai. Meski, tak sedikit juga yang tidak suka padanya.
 
Fiqka lahir dari pasangan Kasto dan Wiwik Purwaningsih dan memiliki adik kandung Ferizka Asmilla Rahma. Kasto yang penjual mi ayam keliling di seputar Pasar Soralangun meninggal dunia saat Fiqka duduk di kelas V SDN 64/VII Sukasari II Kec. Sarolangun.
 
Setelah itu, ibunya Wiwik Purwaningsih menikah lagi dengan Suyatno yang berprofesi sebagai tenaga serabutan di Perkebunan Kelapa Sawit. Pasangan ini dikaruniai anak M. Raka Dirga Wijaya.
 
“Ya sekarang ini, saya hidup bersama ayah sambungan, karena ibu menikah lagi karena merasa tidak kuat kalau membiayai hidup sendirian,” ungkap Fiqka.
 
Kemiskinan membuat Fiqka sering mengalami ejekan teman sejak kecil. Tak jarang, ia menahan semua itu dan menangis ketika sampai di rumah.
 
Ejekan yang terus ia alami menjadikannya terbiasa dan kuat. Ia bersyukur bisa berdiam tak membalas apa pun saat teman-temannya yang tak suka padanya mengejek.
 
Bahkan, saat duduk di bangku SMA Negeri 1 Sarolangun, sebagian teman-temannya justru gemas dengan sikap Fiqka. Teman-teman yang peduli padanya berharap Fiqka membalas mereka yang membully. Namun, sekali lagi Fiqka memilih berdiam, diam, dan diam.
 
“Kenapa mesti membalas? Ya sudah, sejak kecil aku mengalami itu. Sejak itu aku hanya ingin bapak nantinya bisa mengambil rapor dengan tegak kepala biarpun miskin,” ucap Fiqka.
 
Fiqka tidak membalas dengan cacian namun dengan prestasi-prestasi membanggakan. Almarhum Kasto selalu bangga manakala sedang mengambil rapor kenaikan kelas.
 
Kasto selalu bangga karena Fiqka menjadi langganan yang terbaik di kelasnya. Prestasi-prestasi ini terus berlanjut saat bersama ayah sambungnya, Suyatno.
 
Saat duduk di bangku SMA Negeri 1 Soralangun, ia meraih juara 4 Olimpiade Kebumian tingkat kabupaten Tahun 2022. Juara 2 Olimpiade Kebumian tingkat kabupaten Tahun 2023 dan Juara 1 lomba Cipta Puisi tingkat kabupaten 2023. Ia juga aktif berorganisasi di Kerohanian Islam (Rohis) dan sebagai penghafal Al-Q’uran (Tahfiz).
 
Fiqka mengungkapkan membagi waktu menjadi kunci keberhasilannya meraih prestasi. Gadis yang memiliki hobi membaca ini selalu meluangkan waktu belajar setelah salat isya hingga pukul 22.30.
 
“Kalau sampai jam 23.00, aku malah kadang pusing. Makanya harus membatasi,” beber dia.
 
Saat jam kosong pelajaran ia memanfaatkan waktu membaca novel. Ia asyik di bawah meja membaca novel.
 
Baginya, kelas kosong pelajaran tidak bisa dimanfaatkan untuk belajar. Kelas kosong biasanya ribut karenanya ia memilih membaca novel.
 
Fiqka mengaku masuk tipe orang yang bisa belajar ketika fokus. Apabila belum fokus, mudah buyar. Namun, ketika sudah fokus apa pun yang terjadi ia tidak peduli.
 
“Di rumah kan banyak buku. Kalau sudah pegang buku dan fokus sampai dipanggil pun saya tidak mendengar,” beber dia.
 
Tak cuma belajar, ia juga kerap membantu ibunya menjemur jagung sebelum berangkat sekolah saat musim kemarau di rumahnya yang terletak di rumahnya di Sungai Batu RT 10 RW 3 Sukasari Kec. Sarolangun Kab. Sarolangun Prov. Jambi. Ia tak segan membawa dagangan jagung marning dan keripik tempe ibunya untuk dijual di sekolahnya.
 
“Lumayan berapa pun keuntungan bisa membantu pembiayaan kebutuhan rumah,” ucap Fiqka.
 
Fiqka lega diterima kuliah di Fakultas Kedokteran Hewan UGM . Apalagi, mendapatkan subsidi UKT 100 persen dari UGM. Baginya, kesempatan kuliah di UGM membuka harapan baru untuk keluarganya.
 
“Pinginnya kuliah nanti lancar, setelah lulus ada sih niatan kembali ke daerah transmigrasi di Jambi, karena di sini kan belum ada dokter hewan, dan banyak pemilik sapi dan kambing,” ucap dia.
 
Wiwik Purwaningsih, kini bisa tersenyum lega melihat Fiqka diterima kuliah di Fakultas Kedokteran Hewan UGM dengan mendapatkan subsidi UKT 100 persen. Ia berharap Fiqka akan baik-baik kuliah di UGM dan diberi kelancaran.
 
“Saya mau nyangoni apa, saya juga tidak punya. Berdoa saja semoga Fiqka selalu sehat, bisa kuliah dengan baik dan jangan lupa salat,” pesan dia.
 
Baca juga: Sempat Dapat Ranking 10 Terbawah di SMA, Happy Kerja Keras hingga Diterima UGM Lewat SNBP

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan