Hari Raya Galungan kedua akan dirayakan pada Rabu, 19 November 2025. Sebelumnya ada Penampahan Galungan pada Selasa, 18 November, dan setelahnya Umanis Galungan pada Kamis, 20 November 2025. Sementara itu, perayaan kedua Hari Raya Kuningan jatuh pada Sabtu, 29 November 2025 dengan Penampahan Kuningan sehari sebelumnya, yakni Jumat, 28 November 2025.
Sebelum itu, yuk kenali dulu apa itu Hari Raya Galungan beserta sejarahnya dikutip dari laman resmi Pemerintah Kabupaten Buleleng:
Apa itu Hari Raya Galungan?
Galungan berasal dari bahasa Jawa yang berarti bertarung dan juga dikenal dengan sebutan Dungulan yang artinya menang. Di Bali, istilah Wuku Dungulan setara dengan Wuku Galungan di Jawa yaitu wuku kesebelas.Hari Raya Galungan dirayakan oleh umat Hindu setiap enam bulan Bali atau sekitar 210 hari, tepatnya pada hari Budha Kliwon Dungulan Rabu Kliwon Wuku Dungulan, sebagai simbol kemenangan Dharma kebenaran atas Adharma kejahatan.
Perayaan ini identik dengan penjor, bambu yang dihias dengan tradisi khas Bali yang dipasang di sepanjang jalan untuk menambah keindahan alam. Di era modern, Bali sering menjadi sorotan dunia sebagai pulau yang indah sekaligus religius.
Selain itu, Galungan juga menjadi momen bagi umat Hindu untuk memperingati terciptanya alam semesta beserta isinya sekaligus merayakan kemenangan kebaikan Dharma atas kejahatan Adharma. Sebagai bentuk rasa syukur, umat memberikan dan melakukan persembahan kepada Sang Hyang Widhi dan Dewa Bhatara beserta manifestasinya. Pemasangan penjor di setiap rumah juga merupakan bagian dari aturan adat yang dihormati sebagai persembahan kepada Bhatara Mahadewa.
Sejarah Hari Raya Galungan
Asal usul Galungan sulit dipastikan, namun menurut mantan Dirjen Bimas Hindu dan Buddha Departemen Agama RI, I Gusti Agung Gede Putra, perayaan ini sudah ada di seluruh Indonesia sebelum populer di Bali.Menurut lontar Purana Bali Dwipa, Galungan pertama kali dirayakan pada Purnama Kapat (Budha Kliwon Dungulan) tahun 882 Masehi atau 804 Saka. Lontar ini menyebutkan perayaan berlangsung pada Rabu Kliwon, Wuku Dungulan, tanggal 15 Sasih Kapat, tahun 804 Saka, menggambarkan Pulau Bali seperti Indra Loka.
Galungan dan Kuningan dirayakan dua kali setahun menurut kalender Masehi, dengan jarak 10 hari antara keduanya. Galungan jatuh setiap Rabu pada Wuku Dungulan, sedangkan Kuningan setiap Sabtu pada Wuku Kuningan.
Rangkaian Hari Raya Galungan
1. Tumpek Wariga
Dirayakan 25 hari sebelum Galungan, Tumpek Wariga adalah hari untuk menghaturkan sesaji bagi tumbuh-tumbuhan. Banten berupa bubur berwarna memiliki makna tertentu yaitu putih untuk umbi-umbian, bang untuk padang-padangan, gadang untuk pohon generatif, kuning untuk pohon vegetatif. Pohon disucikan dengan tirta wangsuh dan pemilik pohon melakukan ritual harapan agar pohon berbuah.2. Sugihan Jawa
Sugihan Jawa adalah penyucian lingkungan luar diri manusia (Bhuana Agung) dengan upacara Mererebu atau Mererebon. Lingkungan seperti Sanggah Gede, Panti, dan Pura dihaturkan banten semampunya, termasuk Guling Babi yang dagingnya dibagikan setelah upacara. Dirayakan setiap Kamis Wage Wuku Sungsang.3. Sugihan Bali
Sugihan Bali fokus pada penyucian diri sendiri (Bhuana Alit) dengan mandi, pembersihan fisik, dan memohon Tirta Gocara kepada Sulinggih. Dirayakan setiap Jumat Kliwon Wuku Sungsang.4. Hari Penyekeban
Hari Penyekeban bertujuan untuk mengekang diri agar tidak melakukan hal-hal yang bertentangan dengan agama. Dirayakan setiap Minggu Pahing Wuku Dungulan.5. Hari Penyajan
Hari penyajan untuk memantapkan diri menuju Galungan, dirayakan setiap Senin Pon Wuku Dungulan.6. Hari Penampahan
Jatuh sehari sebelum Galungan (Selasa Wage Wuku Dungulan). Umat menyiapkan penjor sebagai ungkapan syukur dan menyembelih babi sebagai simbol menaklukkan nafsu. Suguhan khusus disiapkan untuk leluhur yang “menyinggahi” rumah masing-masing.7. Hari Raya Galungan
Upacara dimulai dari persembahyangan di rumah hingga ke pura sekitar. Tradisi pulang kampung dilakukan oleh umat perantauan. Bagi yang memiliki keluarga yang dikubur, dibawa banten ke kuburan dengan istilah Mamunjung ka Setra Kuburan.8. Hari Umanis Galungan
Hari ini umat bersembahyang, Dharma Santi, dan mengunjungi sanak saudara. Anak-anak melakukan tradisi ngelawang, menari barong dari rumah ke rumah untuk mengusir aura negatif.9. Hari Pemaridan Guru
Hari ini untuk memohon berkah kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, dirayakan Sabtu Pon Wuku Galungan.10. Ulihan
Hari kembalinya para dewata-dewati/leluhur ke kahyangan dengan meninggalkan berkat. Dirayakan Minggu Wage Wuku Kuningan.11. Hari Pemacekan Agung
Simbol keteguhan iman umat manusia atas godaan selama Galungan dan dirayakan Senin Kliwon Wuku Kuningan.12. Hari Kuningan
Perayaan Kuningan ditandai dengan pemasangan tamiang, kolem, dan endong. Tumpeng putih diganti kuning, simbol kebahagiaan, keberhasilan, dan kesejahteraan. Persembahyangan harus selesai sebelum jam 12 siang.13. Hari Pegat Wakan
Hari terakhir rangkaian Galungan dan Kuningan, dilakukan dengan persembahyangan serta mencabut dan membakar penjor. Abunya ditanam di pekarangan rumah. Jatuh pada Rabu Kliwon Wuku Pahang, sebulan setelah Galungan.Itulah sejarah, tradisi dan makna Hari Raya Galungan bagi umat Hindu. Semoga informasi ini bermanfaat yaa. (Syifa Putri Aulia)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id