Menurut Indra, hal ini terjadi lantaran Kemendikbud kurang gencar melakukan sosialisasi "Rumah Belajar". Padahal, platform ini mempunyai kapasitas untuk menjangkau seluruh siswa di Indonesia, bahkan ke daerah-daerah terpencil yang selama sering mengeluhkan kesulitan sinyal atau akses internet.
"Pertanyaan besarnya, jika 76,6 persen siswa tidak pernah akses Rumah Belajar, ini berarti informasi ke masyarakat yang belum terbuka," kata Indra kepada Medcom.id, Jakarta, Selasa, 28 April 2020.
Untuk itu, lanjut Direktur Eksekutif Center for Education Regulations and Development Analysis (CERDAS) ini menambahkan, harusnya Kemendikbud lebih gencar melakukan sosialisasi. Sehingga tidak terus berada dalam bayang-bayang platform layanan pendidikan berbayar milik pengembang swasta.
"Harusnya pemerintah lebih fokus dan menginformasikan adanya platform belajar online yang gratis ini kepada masyarakat secara gencar," ujarnya.
Baca juga: 76,6% Siswa Tak Pernah Akses 'Rumah Belajar' Kemendikbud
Sebelumnya, berdasarkan survei KPAI tersebut alasan siswa tidak pernah menyentuh rumah belajar karena guru tidak pernah menyosialisasikan penggunaan 'Rumah Belajar' kepada siswa. Begitu juga tugas siswa, tak pernah diambil dari Rumah Belajar saat PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) berlangsung di masa pandemim covid-19.
Selain itu, data KPAI menunjukkan, hampir 56,9 persen atau separuh siswa yang disurvei tidak mengetahui keberadaan "Rumah Belajar". "Hasilnya 56,9 persen menyatakan tidak mengetahui dan 43,1 persen menyatakan mengetahui," kata Komisioner KPAI Bidang Pendidikan, Retno Listyarti dalam Konferensi Video, Senin, 27 April 2020..
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News