Ketua Majelis Rektor Perguruan Tinggi Negeri Indonesia (MRPTNI) Jamal Wiwoho menyatakan, Kemendikbud perlu memikirkan kemungkinan subsidi kuota diperpanjnag. Pasalnya, tak ada yang tahu kapan pandemi virus korona (covid-19) berakhir. Artinya, belum ada yang bisa memprediksi sampai kapan Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) diberlakukan.
"Kemendikbud itu harus ada plan A, B, C. Plan A harapannya sampai Desember (covid-19) selesai, lalu plan B ditambah empat bulan. Plan C tambah lagi 4 bulan. Di beberapa negara disampaikan, vaksin (Sinovac) itu kan baru (diproduksi) pertengahan 2021, kalau itu terjadi betul, harus ada plan A, B, C," kata Jamal kepada Medcom.id, Selasa, 22 September 2020.
Baca: Kuota Umum Hanya 5 GB, Subsidi Internet Tak Efektif untuk PJJ
Menurutnya semua rencana PJJ harus dipetakan. Sebab, tidak ada yang bisa menentukan dengan pasti, kapan para warga pendidikan mulai kembali belajar tatap muka.
"Kita enggak bisa memaksakan, Januari sudah masuk lagi, kan enggak ada yang berani mengatakan seperti itu, kita harus melihat apakah zona itu merah atau kuning, bahkan yang hijau bisa kuning, (zona) itu kan dinamis," tambahnya.
Dengan anggaran terbatas yang dimiliki negara, Kemendikbud harus memanfaatkan anggaran seefisien mungkin. Jangan memberikan bantuan terlalu besar ataupun terlalu kecil.
"Anggaran terbatas yang meminta makin banyak, sampai kapan belum bisa diketahui, kebutuhan yang dikeluarkan negara bukan cuma pulsa, ada untuk ekonomi dan kesehatan saja. Enggak boleh satu bidang saja," ujarnya.
Satuan pendidikan pun juga diminta untuk lebih pintar dalam mengatur penggunaan kuota. PJJ daring bisa menggunakan dua metode, yakni komunikasi daring secara langsung dua arah atau lebih (sinkronus), yang dikombinasikan dengan komunikasi daring satu arah tidak langsung (asinkronus).
Dia mengatakan, kombinasi dua cara itu akan menghemat kuota. Materi bisa dibagikan terlebih dahulu lewat WhatsApp grup (asinkronus). Sedangkan penjelasannya dilakukan via Google Clasroom (sinkronus).
Baca: KPAI: Subsidi Kuota Internet Kemendikbud Berpotensi Mubazir
Dengan begitu, kuota umum tidak banyak terserap, dan kuota belajar pun dapat digunakan secukupnya. Hal ini lah yang disebut Jamal sebagai efektifitas PJJ.
"Misal dua SKS 110 menit. Maka presentasi di Zoom 30 menit atau 40 menit maksimal. Sedangkan 50 menit atau sisanya menggunakan asinkronus di Whastapp grup," ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News